Powered by Blogger.

Taufiq Ismail: Sepanjang 1917-1971, Ideologi Komunis Telah Membantai 120 Juta Orang

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Thursday, May 26, 2016 | 09:21

Sastrawan dan budayawan, Taufiq Ismail mengatakan, sulit memaparkan tentang bagaimana bahaya ideologi komunis dengan teori. Hal itu, kata dia, karena ciri orang komunis adalah berdusta, sehingga jika disampaikan tentang begitu kejamnya ideologi tersebut, maka itu tidak akan diakuinya.
“Ada tujuh belas cara mereka dalam berjuang, nomer satu adalah berdusta,” ujar Taufiq dalam sebuah diskusi di Kantor Pengurus Pusat Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Jakarta, Selasa (24/05/2016).
Ia menjelaskan, baiknya meneropong komunisme dalam angka. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chang dan Halliday (2006), Courtois (2000), Ratanachaya (1996), Rummel (1993) dan Nihan (1991). Taufiq memaparkan, bahwa sepanjang tahun 1917 hingga 1971, ideologi komunis telah membantai sekitar 120 juta orang.
“Sehingga rata-rata setiap tahunnya mereka membunuh 1,6 juta orang atau 4500 dalam sehari. Yang berlansung selama 74 tahun,” jelasnya.
Padahal, kata Taufiq, menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tidak ada penyakit menular sekalipun yang bisa menandingi angka kematian tersebut.
“Saya pergi ke pengurus IDI, saya bertanya penyakit menular mana yang bisa menandingi angka ini. Kemudian mereka menjawab tidak ada. Karena yang paling tinggi itu rokok, membunuh 1200 orang sehari, disusul narkoba 50 orang sehari,” ungkapnya.
Dari jumlah 120 juta orang tewas itu, paparnya, terbanyak adalah rezim Uni Soviet dengan pembantaian 61 juta jiwa. Dan dalam jumlah itu, lanjutnya, Stalin bertanggungjawab terhadap 43 juta orang tewas.
Pembantai kedua, sambung Taufiq, adalah RRC, sebanyak 40 juta yang dibunuh. Ketiga, pembantai paling garang adalah Pol Pot di Kamboja, yang membunuh 2 juta selama 3 tahun dari total penduduk 7 juta orang.
Sedangkan berdasarkan para penjagalnya, terang Taufiq, Lenin membunuh 500 ribu orang, Stalin 43 juta, Mao Tse Tung 70 juta, dan Pol Pot 2 juta orang. Penyebab terbesar kematian yakni karena kerja paksa, kegagalan ekonomi dan dibantai atau dibunuh.
“Kita sekarang enak saja baca angka-angka ini, tapi bisakah kita bayangkan ada jutaan orang mati di kamp kerja paksa, mayat bergelimpangan. Maka bukalah itu buku-buku dokumentasi komunisme, banyak kita saksikan foto-fotonya,” ucapnya.
Untuk itu, menurut Taufiq, Indonesia harus waspada terhadap bangkitnya komunisme yang dengan gaya baru ini. Dikarenakan, jelasnya, selain ingin balas dendam, ideologi ini juga haus darah, pandang enteng nyawa manusia, anti tuhan, anti perdamaian, immoral dan pura-pura pro demokrasi.
“Walaupun disamping upaya itu, sebagai bangsa kita juga harus membasmi kebodohan, mengentaskan kemiskinan, menghabisi korupsi, meredam kekerasan serta menegakkan hukum dan keadilan,” pungkas Mantan Aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) ini.*

Sumber: Hidayatullah.com

0 comments:

Post a Comment