Ketua Komisi Bidang Pendidikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Anwar Abbas merasa sangat prihatin atas kejadian memalukan yang dilakukan oleh puluhan pelajar di Kabupaten Kendal.
Pasalnya, sebagaimana yang diberitakan beberapa media massa, puluhan pelajar terjaring razia satuan polisi pamong praja (Satpol PP) saat hendak melakukan pesta seks di kawasan pantai Muara Kencan, Desa Pidodowetan, Kecamatan Patebon, Kendal, Kamis (16/04/2015) lalu.
Saat dirazia, di antara mereka ada yang tak mengenakan sehelai benang pun alias telanjang. Tidak menutup kemungkinan para pelajar itu sudah melakukan persetubuhan.
Sebagaimana dilansir JPNN salah satu pelajar yang ikut terjaring razia, sebut saja Luluk (18), warga Gondang Kecamatan Cepiring, mengaku hanya diajak pacarnya. Ia justru tak menyangka jika ternyata ada razia oleh Satpol PP.
“Peristiwa tersebut betul-betul memprihatinkan. Perbuatan itu sudah jelas salah,” kata Anwar kepada hidayatullah.com, Sabtu (18/04/2015).
Namun, menurut Anwar, kesalahan tersebut tidak bisa hanya ditimpakan kepada puluhan pejalar itu. Sebab, lanjutnya, itu juga adalah kesalahan dari orangtua, keluarga, masyarakat, guru serta pemerintah.
“Pendidikan kita saat ini kering dari nilai dan akhlaq, yang diajarkan hanya ilmu dan pengetahuan,” ungkap Anwar.
Lebih lanjut lagi, Anwar mengatakan, saat ini pihak orangtua kebanyakan tidak mendidik anak-anaknya dengan akhlak. Sementara, di sekolah masalah akhlak meski sudah diajarkan, tetapi pelajaran yang mereka dapat dari kehidupan sehari-hari sangat jauh berbeda dengan yang mereka terima dari sekolah.
“Mereka melihat dari sinetron dan dari internet hal-hal yang tidak baik dan tidak benar sehingga terjadilah penipisan iman dan menebalah dalam diri sikap-sikap yang tidak terpuji dan terjadilah hal-hal yang tak diinginkan tersebut,” ungkap Anwar.
Untuk itu ke depan, bagi kebaikan generasi mendatang dan terciptanya keluarga yang berakhlak, Anwar menyarankan supaya tidak hanya menyerahkan masalah pendidikan para generasi muda kepada sekolah tetapi juga bagaimana dapat memfungsikan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan utama.
“Kemudian bagaimana masyarakat bisa berperan aktif dalam memberikan pendidikan kepada mereka dengan fungsionalisasi masjid dan mushola serta tempat-tempat peribadatan dan karang taruna,” imbuh Anwar.
Dan dalam skala makro pemerintah melalui kekuasaan harus membuat kebijakan-kebijakan yang mampu menghindarkan generasi bangsa dari hal-hal yang tidak baik, menyangkut akhlak serta moral terutama yang berhubungan dengan masalah pergaulan.
“Dan segala sesuatu yang akan mendorog mereka untuk melakukan praktek prilaku yang menyimpang,” pungkas Anwar.* (Hidayatullah Online)