Powered by Blogger.

[Nasyid] Justice Voice - Facebook Lagi

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Tuesday, July 24, 2012 | 22:08

Play Streaming :



Download : Justice Voice - Facebook Lagi.mp3

Lirik Nasyid Terbaru Justice Voice - Facebook Lagi

facebook lagi... facebook lagi.. facebook lagi...
Yo facebook
zaman sekarang semua pada gila facebook.
dari balita sampai dengan orang tua
lupa ibadah lupa kerja lupa segalanya gara-gara facebook
update status malahan hanya dapat menambah kasus
siang malam sampai badan tak terurus
mikirin sebuah berita yang nggak ada manfaatnya
aduh pusiiingg...

facebook lagi.. (facebook.. facebook..facebook...)
facebook lagi.. (facebook.. facebook..facebook...)
facebook lagi.. (facebook.. facebook..facebook...)

hai facebooker hati-hati jangan sampai kau gemetar
trus beralih dengan punya akun twitter
sampai-sampai mencelat ke BB messenger

yo one two three ini lagu kami hanyalah sebuah ekspresi
andai saja bisa menjadi inspirasi
justice voice hanya ingin menghibur hati
dengan lagu yang bikin ketawa ketiwi
22:08 | 0 comments | Read More

10 Langkah Menyambut Ramadhan

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Monday, July 16, 2012 | 16:47



Apabila kita akan menyambut tamu, kita akan berusaha menyiapkan penyambutan tamu tersebut dengan sebaik-baiknya, dengan memperindah pemandangan yang ada di rumah, mengumpulkan seluruh keluarga dan menyiapkan berbagai macam hidangan. Terlebih kalau tamu tersebut adalah tamu yang sangat kita hormati, maka persiapan yang kita lakukanpun akan semakin besar dan optimal. Beberapa pekan lagi tamu yang agung akan datang menghampiri kita yaitu Bulan suci Ramadhan. Kita sebagai orang beriman tidak boleh menyia-nyiakan musim ketaatan ini, karena Allah menyuruh kita untuk berlomba-lomba menyambut dan mengisinya ”dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS.Muthaffifin:26). kemudian bagaimana kita menyambutnya?

Paling tidak ada 10 langkah yang harus kita lakukan dalam menyambut kedatangan bulan Ramadhan :

Pertama, berdoa agar Allah kembali memberikan kesempatan kepada kita bertemu dengan bulan Ramadhan dalam kondisi sehat wal afiat, sehingga kita bisa melaksanakan ibadah baik puasa, shalat, tilawah dan dzikir. Dari Anas bin Malik ra berkata, Bahwa Rasulullah saw apabila masuk bulan Rajab beliau selalu berdoa ”Allahuma Bariklana fi Rajab wa Sya’ban wa balighna Ramadhan” artinya ” Ya Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan sya’ban dan sampaikan kami ke bulan Ramadhan” (HR.Ahmad dan Tabrani, statusnya dhaif).Dan para salaf shaleh selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia bulan Ramadhan, dan berdoa agar Allah menerima amal mereka, apabila telah masuk awal Ramadhan mereka berdoa kepada Allah ”Allahu akbar, Allahuma Ahillahu ‘alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wa taufik lima tuhibbuhu wa tardha” artinya Ya Allah karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan dan keislaman dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhoi”.

Kedua, bersyukur dan memuji Allah atas karunia Ramadhan yang kembali diberikan kepada kita. Al-Imam Nawawi –Rahimahullah- dalam kitab adzkarnya berkata ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur, dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya”. Dan diantara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah & ketaatan. Maka ketika Ramadhan telah tiba dan kita dalam kondisi sehat wal afiat maka kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur kita kepada Allah.

Ketiga, bergembira dengan kedatangan Bulan Ramadhan. Rasulullah SAW selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadhan, sebagaimana dalam sebuah hadits “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa, pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu syurga dan menutup pintu-pintu neraka” (HR.Ahmad). Dan para salafus saleh sangat memperhatikan bulan Ramadhan, mereka sangat gembira dengan kedatangannya, karena tidak ada kegembiraan yang paling besar selain kedatangan bulan Ramadhan, karena bulan tersebut adalah bulan kebaikan dan turunnya rahmat.

Keempat, merancang agenda-agenda ukhrawi yang tepat agar mendapatkan manfaat bulan Ramadhan. Karena banyak diantara kaum muslimin hanya merencanakan agenda yang bersifat duniawi dengan sangat detil, tapi melupakan agenda-agenda yang bersifat ukhrawi. Ini merupakan gambaran bahwa kaum muslimin kurang memperhatikan waktu-waktu yang berharga dalam memperbaiki hubungan dengan Allah untuk membersihkan dirinya. Dan diantara agenda yang dapat dilaksanakan yaitu memanfaatkan Ramadhan dengan program-program ketaatan yang teratur dan terarah.

Kelima, bertekad mengisi waktu-waktu Ramadhan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahkannya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. (QS.Muhamad (47) : 21)

Keenam, mengerti dan memahami hukum-hukum Ramadhan. Wajib bagi setiap mukmin dalam menyembah Allah dilandasi dengan ilmu. Tidak ada alasan bagi setiap mukmin tidak mengetahui ilmu yang berkenaan dengan hal-hal yang telah diwajibkan kepadanya. Diantaranya adalah puasa Ramadhan, maka wajib untuk diketahui ilmu dan hukumnyanya sebelum Ramadhan datang, agar puasanya benar dan diterima oleh Allah. “maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.(QS.Al Anbiya’ (21) : 7)

Ketujuh, menyambut Ramadhan dengan diiringi tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan – kebiasaan buruk dan bertaubat secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Dan bertekad meninggalkannya disertai dengan penyesalan. Ramadhan merupakan bulan taubat, kalau bukan di bulan Ramadhan, kapan lagi kita bertaubat? Firman Allah “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS.An Nuur (24) : 31).

Kedelapan, Mempersiapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan dan penelaahan melalui buku serta artikel. Juga dengan menghadiri majlis ilmu yang membahas tentang keutamaan puasa serta hukum dan hikmahnya. Sehingga secara kejiwaan kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadhan. Rasulullah selalu memberikan semangat kepada para shahabat setiap penghujung Sya’ban dan menjelang Ramadhan tiba.

Kesembilan, Mempersiapkan diri untuk berdakwah dengan langkah sebagai berikut:
1. Menulis catatan kecil untuk disampaikan dalam kultum
2. Membagikan buku-buku saku yang berisi nasehat,keutamaan puasa.
3. Memberikan hadiah Ramadhan
4. Mengingatkan kaum muslimin untuk lebih peduli dengan kaum fuqara.

Kesepuluh, Menyambut Ramadhan dengan membuka lembaran baru yang bersih:
1. Kepada Allah dengan taubat yang jujur..
2. Kepada Rasul Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan mentaati apa yang diperintahkaan dan menjauhi apa yang dilarang.
3. Kepada Orang tua, karib kerabat serta anak dan istri dengan menyambung silaturrahmi.
4. Dengan masyarakat yang kita hidup bersama dengan mereka agar kita menjadi orang yang baik dan bermanfaat bagi mereka “Khairun naas anfauuhum linnas” Manusia yang paling baik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia.

Beginilah bumi yang kering menyambut turunnya hujan, baginilah seorang yang sedang sakit menyambut datangnya dokter dan beginilah seorang menunggu kekasihnya yang sudah lama ditunggu – tunggu kedatangannya.Wallahu A’lam bish Shawab. (fimadani.com)
16:47 | 0 comments | Read More

Biografi 4 Imam Madzhab Ahlus Sunnah Waljamaah (Sunni) : Imam Ahmad (Ahmad Bin Hanbal) (3)

Ahmad bin Hanbal (781 - 855 M, 164 - 241 AH)[1] (Arab أحمد بن حنبل‏‏ ) adalah seorang ahli hadits dan teologi Islam. Ia lahir di Marw (saat ini bernama Mary di Turkmenistan, utara Afganistan dan utara Iran) di kota Baghdad, Irak. Kunyahnya Abu Abdillah lengkapnya: Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi/ Ahmad bin Muhammad bin Hanbal dikenal juga sebagai Imam Hambali.

Biografi

Awal mula Menuntut Ilmu
Ilmu yang pertama kali dikuasai adalah Al Qur'an hingga ia hafal pada usia 15 tahun, ia juga mahir baca-tulis dengan sempurna hingga dikenal sebagai orang yang terindah tulisannya. Lalu, ia mulai konsentrasi belajar ilmu hadits di awal umur 15 tahun itu pula. Ia telah mempelajari Hadits sejak kecil dan untuk mempelajari Hadits ini ia pernah pindah atau merantau ke Syam (Syiria), Hijaz, Yaman dan negara-negara lainnya sehingga ia akhirnya menjadi tokoh ulama yang bertakwa, saleh, dan zuhud. Abu Zur'ah mengatakan bahwa kitabnya yang sebanyak 12 buah sudah dihafalnya di luar kepala. Ia menghafal sampai sejuta hadits. Imam Syafi'i mengatakan tetang diri Imam Ahmad sebagai berikut:

"Setelah saya keluar dari Baghdad, tidak ada orang yang saya tinggalkan di sana yang lebih terpuji, lebih shaleh dan yang lebih berilmu daripada Ahmad bin Hambal"
Abdur Rozzaq Bin Hammam yang juga salah seorang guru beliau pernah berkata,
"Saya tidak pernah melihat orang se-faqih dan se-wara' Ahmad Bin Hanbal"[2]

Keadaan fisik
Muhammad bin ‘Abbas An-Nahwi bercerita, Saya pernah melihat Imam Ahmad bin Hambal, ternyata Badan beliau tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek, wajahnya tampan, di jenggotnya masih ada yang hitam. Ia senang berpakaian tebal, berwarna putih dan bersorban serta memakai kain. Yang lain mengatakan, “Kulitnya berwarna coklat (sawo matang)”

Keluarga
Beliau menikah pada umur 40 tahun dan mendapatkan keberkahan yang melimpah. Ia melahirkan dari istri-istrinya anak-anak yang shalih, yang mewarisi ilmunya, seperti Abdullah dan Shalih. Bahkan keduanya sangat banyak meriwayatkan ilmu dari bapaknya.

Kecerdasan
Putranya yang bernama Shalih mengatakan, Ayahku pernah bercerita, “Husyaim meninggal dunia saat saya berusia dua puluh tahun, kala itu saya telah hafal apa yang kudengar darinya”. Abdullah, putranya yang lain mengatakan, Ayahku pernah menyuruhku, “Ambillah kitab mushannaf Waki’ mana saja yang kamu kehendaki, lalu tanyakanlah yang kamu mau tentang matan nanti kuberitahu sanadnya, atau sebaliknya, kamu tanya tentang sanadnya nanti kuberitahu matannya”.

Abu Zur’ah pernah ditanya, “Wahai Abu Zur’ah, siapakah yang lebih kuat hafalannya? Anda atau Imam Ahmad bin Hambal?” Beliau menjawab, “Ahmad”. Ia masih ditanya, “Bagaimana Anda tahu?” beliau menjawab, “Saya mendapati di bagian depan kitabnya tidak tercantum nama-nama perawi, karena beliau hafal nama-nama perawi tersebut, sedangkan saya tidak mampu melakukannya”. Abu Zur’ah mengatakan, “Imam Ahmad bin Hambal hafal satu juta hadits”.

Pujian Ulama
Abu Ja’far mengatakan, “Ahmad bin Hambal manusia yang sangat pemalu, sangat mulia dan sangat baik pergaulannya serta adabnya, banyak berfikir, tidak terdengar darinya kecuali mudzakarah hadits dan menyebut orang-orang shalih dengan penuh hormat dan tenang serta dengan ungkapan yang indah. Bila berjumpa dengan manusia, maka ia sangat ceria dan menghadapkan wajahnya kepadanya. Ia sangat rendah hati terhadap guru-gurunya serta menghormatinya”. Imam Asy-Syafi’i berkata, “Ahmad bin Hambal imam dalam delapan hal, Imam dalam hadits, Imam dalam Fiqih, Imam dalam bahasa, Imam dalam Al Qur’an, Imam dalam kefaqiran, Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara’ dan Imam dalam Sunnah”. Ibrahim Al Harbi memujinya, “Saya melihat Abu Abdillah Ahmad bin Hambal seolah Allah gabungkan padanya ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan dari berbagai disiplin ilmu”.

Kezuhudannya
Beliau memakai peci yang dijahit sendiri. Dan kadang beliau keluar ke tempat kerja membawa kampak untuk bekerja dengan tangannya. Kadang juga beliau pergi ke warung membeli seikat kayu bakar dan barang lainnya lalu membawa dengan tangannya sendiri. Al Maimuni pernah berujar, “Rumah Abu Abdillah Ahmad bin Hambal sempit dan kecil”.

Wara’ dan menjaga harga diri
Abu Isma’il At-Tirmidzi mengatakan, “Datang seorang lelaki membawa uang sebanyak sepuluh ribu (dirham) untuk beliau, namun beliau menolaknya”. Ada juga yang mengatakan, “Ada seseorang memberikan lima ratus dinar kepada Imam Ahmad namun beliau tidak mau menerimanya”. Juga pernah ada yang memberi tiga ribu dinar, namun beliau juga tidak mau menerimanya.

Tawadhu’ dengan kebaikannya
Yahya bin Ma’in berkata, “Saya tidak pernah melihat orang yang seperti Imam Ahmad bin Hambal, saya berteman dengannya selama lima puluh tahun dan tidak pernah menjumpai dia membanggakan sedikitpun kebaikan yang ada padanya kepada kami”. Beliau (Imam Ahmad) mengatakan, “Saya ingin bersembunyi di lembah Makkah hingga saya tidak dikenal, saya diuji dengan popularitas”. Al Marrudzi berkata, “Saya belum pernah melihat orang fakir di suatu majlis yang lebih mulia kecuali di majlis Imam Ahmad, beliau perhatian terhadap orang fakir dan agak kurang perhatiannya terhadap ahli dunia (orang kaya), beliau bijak dan tidak tergesa-gesa terhadap orang fakir. Ia sangat rendah hati, begitu tinggi ketenangannya dan sangat memuka kharismanya”. Beliau pernah bermuka masam karena ada seseorang yang memujinya dengan mengatakan, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan atas jasamu kepada Islam?” beliau mengatakan, “Jangan begitu tetapi katakanlah, semoga Allah membalas kebaikan terhadap Islam atas jasanya kepadaku, siapa saya dan apa (jasa) saya?!”

Sabar dalam menuntut ilmu
Tatkala beliau pulang dari tempat Abdurrazzaq yang berada di Yaman, ada seseorang yang melihatnya di Makkah dalam keadaan sangat letih dan capai. Lalu ia mengajak bicara, maka Imam Ahmad mengatakan, “Ini lebih ringan dibandingkan faidah yang saya dapatkan dari Abdirrazzak”.

Hati-hati dalam berfatwa
Zakariya bin Yahya pernah bertanya kepada beliau, “Berapa hadits yang harus dikuasai oleh seseorang hingga bisa menjadi mufti? Apakah cukup seratus ribu hadits? Beliau menjawab, “Tidak cukup”. Hingga akhirnya ia berkata, “Apakah cukup lima ratus ribu hadits?” beliau menjawab. “Saya harap demikian”.

Kelurusan aqidahnya sebagai standar kebenaran
Ahmad bin Ibrahim Ad-Dauruqi mengatakan, “Siapa saja yang kamu ketahui mencela Imam Ahmad maka ragukanlah agamanya”. Sufyan bin Waki’ juga berkata, “Ahmad di sisi kami adalah cobaan, barangsiapa mencela beliau maka dia adalah orang fasik”.

Masa Fitnah
Pemahaman Jahmiyyah belum berani terang-terangan pada masa khilafah Al Mahdi, Ar-Rasyid dan Al Amin, bahkan Ar-Rasyid pernah mengancam akan membunuh Bisyr bin Ghiyats Al Marisi yang mengatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluq. Namun dia terus bersembunyi pada masa khilafah Ar-Rasyid, baru setelah beliau wafat, dia menampakkan kebid’ahannya dan menyeru manusia kepada kesesatan ini.

Di masa khilafah Al Ma’mun, orang-orang jahmiyyah berhasil menjadikan paham jahmiyyah sebagai ajaran resmi negara, di antara ajarannya adalah menyatakan bahwa Al Qur’an makhluk. Lalu penguasa pun memaksa seluruh rakyatnya untuk mengatakan bahwa Al Qur’an makhluk, terutama para ulamanya. Barangsiapa mau menuruti dan tunduk kepada ajaran ini, maka dia selamat dari siksaan dan penderitaan. Bagi yang menolak dan bersikukuh dengan mengatakan bahwa Al Qur’an Kalamullah bukan makhluk maka dia akan mencicipi cambukan dan pukulan serta kurungan penjara.

Karena beratnya siksaan dan parahnya penderitaan banyak ulama yang tidak kuat menahannya yang akhirnya mengucapkan apa yang dituntut oleh penguasa zhalim meski cuma dalam lisan saja. Banyak yang membisiki Imam Ahmad bin Hambal untuk menyembunyikan keyakinannya agar selamat dari segala siksaan dan penderitaan, namun beliau menjawab, “Bagaimana kalian menyikapi hadits “Sesungguhnya orang-orang sebelum Khabbab, yaitu sabda Nabi Muhammad ada yang digergaji kepalanya namun tidak membuatnya berpaling dari agamanya”. HR. Bukhari 12/281. lalu beliau menegaskan,

“Saya tidak peduli dengan kurungan penjara, penjara dan rumahku sama saja”.
Ketegaran dan ketabahan beliau dalam menghadapi cobaan yang menderanya digambarkan oleh Ishaq bin Ibrahim, “Saya belum pernah melihat seorang yang masuk ke penguasa lebih tegar dari Imam Ahmad bin Hambal, kami saat itu di mata penguasa hanya seperti lalat”.

Di saat menghadapi terpaan fitnah yang sangat dahsyat dan deraan siksaan yang luar biasa, beliau masih berpikir jernih dan tidak emosi, tetap mengambil pelajaran meski datang dari orang yang lebih rendah ilmunya. Ia mengatakan, “Semenjak terjadinya fitnah saya belum pernah mendengar suatu kalimat yang lebih mengesankan dari kalimat yang diucapkan oleh seorang Arab Badui kepadaku, “Wahai Ahmad, jika anda terbunuh karena kebenaran maka anda mati syahid, dan jika anda selamat maka anda hidup mulia”. Maka hatiku bertambah kuat”.

Ahli hadits sekaligus juga Ahli Fiqih
Ibnu ‘Aqil berkata, “Saya pernah mendengar hal yang sangat aneh dari orang-orang bodoh yang mengatakan, “Ahmad bukan ahli fiqih, tetapi hanya ahli hadits saja. Ini adalah puncaknya kebodohan, karena Imam Ahmad memiliki pendapat-pendapat yang didasarkan pada hadits yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia, bahkan beliau lebih unggul dari seniornya”.

Bahkan Imam Adz-Dzahabi berkata, “Demi Allah, beliau dalam fiqih sampai derajat Laits, Malik dan Asy-Syafi’i serta Abu Yusuf. Dalam zuhud dan wara’ beliau menyamai Fudhail dan Ibrahim bin Adham, dalam hafalan beliau setara dengan Syu’bah, Yahya Al Qaththan dan Ibnul Madini. Tetapi orang bodoh tidak mengetahui kadar dirinya, bagaimana mungkin dia mengetahui kadar orang lain!!

Guru
Imam Ahmad bin Hambal berguru kepada banyak ulama, jumlahnya lebih dari dua ratus delapan puluh yang tersebar di berbagai negeri, seperti di Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman dan negeri lainnya. Di antara mereka adalah:
Ismail bin Ja’far
Abbad bin Abbad Al-Ataky
Umari bin Abdillah bin Khalid
Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami
Imam Syafi'i
Waki’ bin Jarrah
Ismail bin Ulayyah
Sufyan bin ‘Uyainah
Abdurrazaq
Ibrahim bin Ma’qil

Murid-murid Ahmad bin Hanbal
Umumnya ahli hadits pernah belajar kepada imam Ahmad bin Hambal, dan belajar kepadanya juga ulama yang pernah menjadi gurunya, yang paling menonjol adalah:
Imam Bukhari
Muslim
Abu Daud
Nasai
Tirmidzi
Ibnu Majah
Imam Asy-Syafi'i
Putranya, Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal
Putranya, Abdullah bin Imam Ahmad bin Hambal
Keponakannya, Hambal bin Ishaq

Kewafatan Ahmad bin Hanbal
Setelah sakit sembilan hari, beliau Rahimahullah menghembuskan napas terakhirnya di pagi hari Jum’at bertepatan dengan tanggal dua belas Rabi’ul Awwal 241 H pada umur 77 tahun. Jenazah beliau dihadiri delapan ratus ribu pelayat lelaki dan enam puluh ribu pelayat perempuan.

Karya tulis
Ahmad bin Hanbal menulis kitab al-Musnad al-Kabir yang termasuk sebesar-besarnya kitab "Musnad" dan sebaik baik karangan beliau dan sebaik baik penelitian Hadits. Ia tidak memasukkan dalam kitabnya selain yang dibutuhkan sebagai hujjah. Kitab Musnad ini berisi lebih dari 25.000 hadits.

Di antara karya Imam Ahmad adalah ensiklopedia hadits atau Musnad, disusun oleh anaknya dari ceramah (kajian-kajian) - kumpulan lebih dari 40 ribu hadits juga Kitab ash-Salat dan Kitab as-Sunnah.

Karya-Karya Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah
Kitab Al Musnad, karya yang paling menakjubkan karena kitab ini memuat lebih dari dua puluh tujuh ribu hadits.
Kitab at-Tafsir, namun Adz-Dzahabi mengatakan, “Kitab ini hilang”.
Kitab an-Nasikh wa al-Mansukh
Kitab at-Tarikh
Kitab Hadits Syu'bah
Kitab al-Muqaddam wa al-Mu'akkhar fi al-Qur`an
Kitab Jawabah al-Qur`an
Kitab al-Manasik al-Kabir
Kitab al-Manasik as-Saghir

Menurut Imam Nadim, kitab berikut ini juga merupakan tulisan Imam Ahmad bin Hanbal
Kitab al-'Ilal
Kitab al-Manasik
Kitab az-Zuhd
Kitab al-Iman
Kitab al-Masa'il
Kitab al-Asyribah اﻞ
Kitab al-Fadha'il
Kitab Tha'ah ar-Rasul
Kitab al-Fara'idh
Kitab ar-Radd ala al-Jahmiyyah

Referensi : id.wikipedia.org

Diambil dari Majalah Hidayatullah, semoga bermanfaat

Saat Imam Ahmad Berbeda Dengan Imam Syafi’i


Suatu ketika ada seorang yang menjadi makmum shalat shubuh. Saat bangkit I’tidal rakaat kedua, imam shalat berqunut dan diikuti oleh jamaah lain. Ia pun mengikuti qunut dengan mengangkat tangannya. Padahal ia dikenal berpendapat bahwa qunut itu bid’ah. Kenapa ia melakukan amalan yang dipandang bid’ah? Setelah ada orang yang mempertanyakan, ia pun menjawab: “saya khawatir, kalau saya tidak ikut qunut akan mengganggu kekhusyu’an shalat mereka di hadapan Allah.”

Mungkin ada orang yang tidak setuju apa yang dilakukan oleh orang itu. Seorang teman tetap saja pada pendirian, “untuk apa kita ikut-ikutan bid’ah?” barangkali sikap ikut-ikutan seperti itu dianggapnya plin-plan. Tapi apa memang seperti itu? Bagaimana kalau ia beralasan seperti di atas?

Baiklah, orang yang ikut qunut itu adalah Imam Ahmad, ulama salaf yang pendapatnya hingga kini menjadi rujukan banyak ulama. Mungkin kita juga sering merujuk pendapat-pendapatnya. Tapi sudahkah kita meneladaninya secara utuh? Tidak hanya ketajaman berpikirnya, tapi juga keluasan wawasannya. Tidak hanya kecerdasan pendapatnya, namun juga kearifan sikapnya. Ketajaman berfikir dan keluasan wawasan itulah yang melahirkan keluhuran akhlak pada diri beliau. Mengikuti ketajaman pendapat beliau saja tanpa mencontoh kearifannya bisa membuat kita bertindak picik dan buruk kepada sesama yang bisa merusak amal baik kita sendiri.

“Akhlah yang buruk merusak amal kebaikan, sepeti cuka merusak madu atau seperti api yang melahap kayu bakar.” (HR. Ibn Majah).

Sebelumnya : Biografi 4 Imam Madzhab Ahlus Sunnah Waljamaah (Sunni) : Imam Hanafi / Abu Hanifah (2)
Selanjutnya : Biografi 4 Imam Madzhab Ahlus Sunnah Waljamaah (Sunni) : Imam Malik Bin Anas (4)
09:37 | 0 comments | Read More

Selamat Datang Bulan Ramadhan

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Thursday, July 12, 2012 | 22:43



Selamat datang Ramadhan. Engkau adalah tamu kami yang agung. Engkau datang membawa berkah bagi kami. Kami bahagia dengan kedatanganmu. Kami bangga karena dengan kehadiranmu ruhani kami menjadi tersirami. Dalam dirimu tersimpan kesempatan tak terhingga untuk kami tebus kekurangan kami masa lalu. Kami menyambutmu dengan spirit iman, karena Allah memanggil kami dengan panggilan yaa ayyuhalladziina aamanuu.
Selamat datang Ramadhan.

Kami ingin memaksimalkan segala kemampuan kami dalam mengisi hari-harimu.
Kami ingin membiasakan bangun sebelum fajar untuk shalat malam dan sahur, karena itu adalah saat-saat yang paling mustajab.
Kami ingin selalu berjamaah di masjid, karena itu adalah sunah Nabi.
Kami ingin mengendalikan nafsu dengan puasa karena itu jalan ke surga.
Kami ingin senantiasa membaca Al Qur’an, karena itu jalan taqarrub kepada Allah.
Kami akan memperbanyak sedekah, karena itu akhlah mulia.
Kami akan bersungguh-sungguh mengisi detik demi detik dengan dzikir kapada Allah, karena itu jalan ruhani menuju ampunan dosa.

Ya, Allah berkahilah kami selama Ramadhan dan selama hidup kami. Jadikan semangat Ramadhan sebagai spirit iman dalam diri kami. Jadikan kami sebagai hamba-Mu tidak hanya di bulan Ramadhan, tetapi sepanjang hayat kami. Tanamkan dalam diri kami cinta masjid seperti kami terbiasa ke masjid saat Ramadhan. Jauhkan kami dari dosa-dosa seperti kau jauhkan kami darinya pada waktu Ramadhan.

Istiqamahkan kami di atas kesucian jiwa dan kelembutan hati, seperti kami rasakan selama Ramadhan. Amiin.

Referensi : Dakwatuna
22:43 | 0 comments | Read More

Biografi 4 Imam Madzhab Ahlus Sunnah Waljamaah (Sunni) : Imam Hanafi / Abu Hanifah (2)

Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi (bahasa Arab: النعمان بن ثابت), lebih dikenal dengan nama Abū Ḥanīfah, (bahasa Arab: بو حنيفة) (lahir di Kufah, Irak pada 80 H / 699 M — meninggal di Baghdad, Irak, 148 H / 767 M) merupakan pendiri dari Madzhab Islam Hanafi.

Abu Hanifah juga merupakan seorang Tabi'in, generasi setelah Sahabat nabi, karena dia pernah bertemu dengan salah seorang sahabat bernama Anas bin Malik, dan meriwayatkan hadis darinya serta sahabat lainnya.

Imam Hanafi disebutkan sebagai tokoh yang pertama kali menyusun kitab fiqh berdasarkan kelompok-kelompok yang berawal dari kesucian (taharah), salat dan seterusnya, yang kemudian diikuti oleh ulama-ulama sesudahnya seperti Malik bin Anas, Imam Syafi'i, Abu Dawud, Bukhari, Muslim dan lainnya.

Kemahirannya dalam berbagai disiplin ilmu agama itu ia pelajari dari sejumlah ulama besar masa itu. Diantaranya ada Atha’ bin Abi Rabbah, Asy-Sya’bi, Adi bin Tsabit, Abdurrahman bin Hurmuj Al-A’raj, Amru bin Dinar, dan Thalhah bin Nafi’.

Ia juga belajar kepada ulama lainnya seperti Nafi’ Maula Ibnu Umar, Qotadah bin Di’amah, Qois bin Muslim, Abdullah bin Dinar, Hamad bin Abi Sulaiman (guru fikihnya), Abu Ja’far Al-Baqir, Ibnu Syihab Az-Zuhri, dan Muhammad bin Munkandar.

Sepanjang 70 tahun masa hidupnya, Imam Hanafi tidak melahirkan secara langsung karya dalam bentuk kitab. Ide, pandangan, dan fatwa-fatwanya seputar kehidupan keagamaan ditulis dan disebarluaskan oleh murid-muridnya. Karya-karya fikih yang dinisbatkan kepadanya adalah Al-Musnad dan Al-Kharaj.

Salah satu muridnya yang terkenal adalah Muhammad bin Al-Hassan Al-Shaibani, guru Imam Syafi'i. Melalui goresan tangan para muridnya itu, pandangan-pandangan Imam Hanafi menyebar luas di negeri-negeri Islam, bahkan menjadi salah satu mazhab yang diakui oleh mayoritas umat Islam.

Beberapa muridnya yang lain adalah Ibrahin bin Thahman seorang alim dari Khurasan, Abyadh bin Al-Aghar bin Ash-Shabah, Ishaq Al-Azroq, Asar bin Amru Al-Bajali, Ismail bin Yahya Al-Sirafi, Al-Harits bin Nahban, Al-Hasan bin Ziyad, dan Hafsh bin Abdurrahman Al-Qadhi. Hamzah—teman penjual minyak wangi—juga pernah berguru kepadanya, di samping nama-mana lain, seperti Dawud Ath-Thai, Sulaiman bin Amr An-Nakhai, Su’aib bin Ishaq, Abdullah ibnul Mubarok, Abdul Aziz bin Khalid at-Turmudzi, Abdul karim bin Muhammad al-Jurjani, dan Abdullah bin Zubair al-Qurasy.

Bercucuran air mata
Dalam berbagai literatur disebutkan, Imam Hanafi adalah seorang hamba Allah yang bertakwa dan saleh. Seluruh waktunya lebih banyak diisi dengan amal ibadah. Jika tengah berdoa, matanya bercucuran air mata demi mengharapkan keridhaan Allah SWT.

Dia seorang yang kokoh dan kuat jiwanya, selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan beribadah dan berakhlak karimah. Di saat hamba Allah yang lain terlelap dalam nikmatnya tidur malam, sang Imam ber-taqarrub kepada sang Khalik melalui shalat lail dan bacaan-bacaan Alquran.

Keluhuran budi pekerti Imam Hanafi tidak serta merta membawanya dicintai oleh orang-orang di sekelilingnya. Ada saja orang yang berniat jahat kepadanya dan berusaha menganiayanya.

Menghadapi semua itu, Imam Hanafi tak pernah gentar. Ia berani menegakkan dan mempertahankan kebenaran. Imam Hanafi selalu berusaha mencegah orang-orang yang melakukan perbuatan munkar. Upaya itu bukan tanpa alasan. Ia berpandangan, kalau kemunkaran tidak dicegah, semua orang akan merasakan akibatnya. Tidak hanya orang yang berbuat kejahatan, tapi orang-orang baik yang ada di tempat itu.

Sikap ini sejalan dengan hadits Rasulullah SAW, “Bumi ini diumpamakan sebuah bahtera yang didiami oleh dua kelompok orang. Kelompok pertama terdiri atas orang-orang yang baik, dan kelompok kedua terdiri atas orang-orang yang jahat. Kalau kelompok orang jahat ini mau merusak bahtera dan kelompok orang-orang baik tidak mencegahnya, maka seluruh penghuni bahtera akan binasa. Sebaliknya, jika kelompok yang baik mau mencegah, maka semuanya akan selamat.”

Keteguhan sikap dan keberanian mencegah yang munkar benar-benar ia praktikkan. Imam Hanafi berkali-kali menolak tawaran untuk menduduki jabatan penting dalam pemerintahan. Komitmen yang demikian itu ia pegang teguh hingga menutup mata pada tahun 150 Hijriah, di usia 70 tahun.

Metodologi Fiqh Abu Hanifah

Dasar-dasar Abu Hanifah dalam Menetapkan suatu hukum fiqh bisa dilihat dari urutan berikut:

1. Al-Qur'an
2. Sunnah, dimana beliau selalu mengambil sunnah yang mutawatir/masyhur. Beliau mengambil sunnah yang diriwayatkan secara ahad hanya bila rawi darinya tsiqah.
3. Pendapat para Sahabat Nabi (Atsar)
4. Qiyas
5. Istihsan
6. Ijma' para ulama
7. Urf masyarakat muslim

Hubungan dengan Mazhab yang Lain

Kehadiran mazhab-mazhab ini mungkin tidak bisa dilihat sebagai perbedaan mutlak seperti dalam agama Kristen (Protestan dan Katolik) dan beberapa agama lain. Sebaliknya ini merupakan perbedaan melalui pendapat logika dan ide dalam memahami Islam. Perkara pokok seperti akidah atau tauhid masih sama dan tidak berubah.

Sebelumnya : Biografi 4 Imam Madzhab Ahlus Sunnah Waljamaah (Sunni) : Imam Syafei (1)
Selanjutnya : Biografi 4 Imam Madzhab Ahlus Sunnah Waljamaah (Sunni) : Imam Ahmad (Ahmad Bin Hanbal) (3)

Referensi :
1. Republika
2. Id.wikipedia.org
22:31 | 0 comments | Read More