Powered by Blogger.

Umur 18-24 Tahun: "GOLDEN AGE" Untuk Mencari Ilmu dan Menghafal AlQur'an

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Saturday, May 11, 2024 | 09:51

 Interaksi Al-Quran
 
๐Ÿ“ Pemateri: Slamet Setiawan, S.H.I (www.manis.id)

๐ŸŒฟ๐ŸŒบ๐Ÿ‚๐Ÿ€๐ŸŒผ๐Ÿ„๐ŸŒท๐ŸŒน

Anda sekarang berada di masa keemasan. Kalau Anda seorang mahasiswa, pasti usia Anda masih dalam kisaran 18-24 tahun. Usia tersebut masuk dalam kategori usia subur dan produktif (golden age) dalam mencari ilmu, termasuk menghafal.

Terkait dengan usia ini, Syekh Alwi al-Haddad -dalam bukunya "Sabilul Iddikar" (matan kitab An-Nashaih ad-diniyyah) mengatakan:

ูˆَุฃَุนْุฌَุฒَู‡ُ ุงู„ْูَุฎَุงุฑُ ูَู„َุง ูَุฎَุงุฑَ ุฅِุฐَุง ุจَู„َุบَ ุงู„ْูَุชَู‰ ุนِุดْุฑِูŠู†َ ุนَุงู…ุงً ูَู„َุง ุณُุฏْุชَ ู…َุง ุนِุดْุชَ ู…ِู†ْ ุจَุนْุฏِู‡ِู†َู‡ُ ุฅِุฐَุง ู„َู…ْ ุชَุณُุฏُ ูِูŠ ู„َูŠَุงู„ِูŠ ุงู„ุดَّุจَุงุจُ

Ketika usia remaja menginjak 20 tahun dan tidak memiliki kebanggaan, maka tidak akan muncul kebanggaan lagi ketika engkau tidak mampu menguasai masa remaja, maka engkau tidak bisa menguasainya setelah itu selama hidupnya.

Dengan kata lain, "hari ini" bagi seorang remaja adalah miniatur kesuksesan di masa yang akan datang. Bila "hari ini" dalam diri seorang remaja telah tumbuh benih-benih kompetensi, integritas, kepemimpinan, etos kerja tinggi, kemungkinan besar 10 tahun atau 15 tahun yang akan datang, sudah menjadi orang sukses sesuai dengan yang dia kerjakan sekarang.

Wallahul Muwaffiq ilaa aqwamith thoriiq

09:51 | 0 comments | Read More

Hubungan Dan Mengamalkan Kitab Ta'limul Muta'allim Dalam Pendidikan Kita

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Wednesday, April 24, 2024 | 13:54

Judul Asli: Relevansi Dan Aktualisasi Kitab Ta'limul Muta'allim Dalam Pendidikan Kita
Oleh: Dr. Adian Husaini
(Ketua Program Doktor Pendidikan Agama Islam – Universitas Ibn Khaldun Bogor)

 
 
Pada hari Kamis (3/8/2023), saya mengisi kajian bulanan webinar Masjid al-Irsyad Surabaya. Temanya: “Kitab Ta’limul Muta’allim dan Relevansinya dalam Pendidikan Kita.” Kitab pendidikan legendaris ini sudah berumur lebih dari 800 tahun. Penulisnya, Syekh Burhanuddin al-Zarnuji wafat pada 593 H (852 tahun lalu).

Saya pernah mengkhatamkan kitab ini di pesantren saat masih duduk di bangku SMA, tahun 1982, di Bojonegoro. Membaca ulang kitab ini di era sekarang terasa semakin menarik dan semakin tampak relevansinya dengan tantangan keilmuan dan pendidikan kontemporer.

Syekh al-Zarnuji menulis kitab ini dilatarbelakangi oleh pengamatannya akan banyaknya pelajar yang mencari ilmu, tetapi tidak mendapatkan apa yang ingin mereka capai, yaitu mendapat ilmu yang bermanfaat. Sebabnya, mereka salah jalan dan mengabaikan syarat-syarat untuk meraih ilmu yang bermanfaat.

Nah, padahal, kondisi seperti itu terjadi di zaman kegemilangan peradaban Islam. Pada awal abad 13 Masehi dunia Islam merupakan umat yang terpandai dan memimpin pencapaian sains dan teknologi di dunia. Syariat Islam berlaku secara penuh. Namun, al-Zarnuji justru mengingatkan bahaya yang mengancam kaum muslimin karena gagal dalam meraih ilmu yang beranfaat.
Al-Zarnuji wafat tahun 1215 M, yakni 43 tahun menjelang jatuhnya Baghdad ke tangan pasukan Mongol tahun 1258. Ini adalah tragedi peradaban Islam yang sangat tragis untuk kedua kalinya. Bangsa biadab yang peradabannya jauh di bawah peradaban umat Islam mampu meluluhlantakkan Kota Baghdad dan membantai ratusan ribu kaum muslimin. Tragedi peradaban pertama terjadi tahun 1099 ketika pasukan biadab dari Eropa menyerbu Kota Yerusalem dan membantai puluhan ribu kaum muslimin.

Jika ditelaah dengan seksama, dua tragedi peradaban Islam itu dimulai dari proses kerusakan ilmu dan kerusakan ulama. Menjelang jatuhnya Kota Yerusalem, 1099, umat Islam dilanda tiga penyakit utama, yaitu: (1) cinta dunia, (2) meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, dan (3) saling berpecah belah.
Ketika itu, umat Islam juga merupakan umat terpandai dan terkaya, tetapi menjadi umat yang hina dan lemah serta mudah dikalahkan. Dalam sejumlah hadits Nabi disebutkan, umat Islam akan menjadi lemah dan tidak dipandang sebelah mata ketika mereka sudah terjangkit penyakit cinta dunia dan berpecah belah satu sama lain.

Kini, silakan direnungkan, apakah tiga penyakit tersebut sudah melanda kaum muslimin di zaman ini. Jika itu yang terjadi, maka isi kitab Ta’limul Muta’allim ini sangat relevan untuk dikaji secara serius dan diaktualisasikan penerapannya dalam konteks zaman kita saat ini.

Hakikat manusia (Bani Adam) tidak mengalami perubahan. Mereka tetap manusia. Yang berubah adalah sarana dan prasarana kehidupan. Alat-alat komunikasi dan transportasi telah berkembang sangat pesat. Tetapi, manusianya sejatinya tidak berubah. Karena itu, konsep-konsep ilmu dan pendidikan yang disajikan dalam Kitab Ta’limul Muta’allim tetap relevan dijadikan sebagai solusi mengatasi problematika ilmu dan pendidikan kita.

Kondisi umat saat ini adalah seperti apa yang disampaikan oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, yakni sedang dilanda penyakit loss of adab, akibat terjadinya kekacauan ilmu (confusion of knowlwdge). Adab terhadap ilmu sudah hilang. Niat mencari ilmu bukan lagi ditujukan untuk mencari keridhaan Allah dan menjadi orang baik, tetapi sudah ditujukan untuk keuntungan duniawi semata.
Bahkan, definisi ilmu dan adab-adab ilmu sudah ditinggalkan. Tidak dipahami lagi, mana ilmu fardhu ain, ilmu fardhu kifayah, juga jenis ilmu-ilmu lain. Akibatnya, terjadi kekacauan ilmu. Tidak sedikit orang memberi penghargaan tinggi terhadap ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat bahkan ilmu-ilmu yang merusak masyarakat, hanya karena ilmu itu dipandang bisa mendatangkan banyak uang.

Contoh ilmu fardhu ain adalah “ilmu tentang ilmu”. Sebab, Nabi Muhammad saw memerintahkan kita mencari ilmu. Maka, tentunya, kita wajib memiliki ilmu tentang ilmu. Ilmu apa yang wajib dicari oleh setiap muslim. Dan Syekh al-Zarnuji memberi penjelasan yang cerdas, bahwa yang wajib dicari adalah ilmul-haal. Yakni, ilmu yang diperlukan untuk terlaksananya suatu kewajiban saat kewajiban itu tiba.
Kitab Ta’limul Muta’allim dan sejenisnya semakin kita rasakan relevansinya dengan tantangan pendidikan di zaman ini, jika kita memahami tantangan keilmuan dan pendidikan kita saat ini. Karena itu, para pelajar, santri, dan mahasiswa, sangat perlu diberikan pemahaman yang memadai tentang hakikat Peradaban Barat dan dampaknya terhadap pemikiran dan kehidupan umat manusia, dan kaum muslimin khususnya. (Untuk tujuan ini, silakan dibaca buku: Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat (Jakarta: GIP, 2005).

Di Pesantren At-Taqwa Depok, para santri sudah mengkaji kitab ini pada jenjang pendidikan SMP. Itu masih ditambah dengan kajian kitab-kitab tentang adab-adab ilmu yang sejenis, seperti Kitab Adabul Alim wal-Muta’allim karya KH Hasyim Asy’ari, Ihya’ Ulumiddin, dan sebagainya. InsyaAllah dengan niat ikhlas dan beradab dalam mencari ilmu, para santri akan mendapatkan ilmu-ilmu yang bermanfaat. Wallahu A’lam bish-shawab. (Merak, 3 Agustus 2023).
13:54 | 0 comments | Read More

Kesekapatan Para Ulama dalam Menentukan Hukum dalam Agama: Apa Itu Ijma’?

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Monday, July 25, 2022 | 19:17


SERING kita mendengar istilah Ijma’ pada satu permasalahan Agama. Ijma’ adalah kesepakatan para Ulama dalam menetapkan suatu hukum dalam agama, berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis.
Hal mendasar yang perlu kita perjelas adalah apa sebenarnya yang dimaksud dengan Ijma’ dan hal-hal yang berkaitan dengannya.

Definisi Ijma’
Secara etimologis, Ijma’ berasal dari akar kata ajma’a, yajmi’u, ijma’an, yang wazannya kata if’alan, yang mengandung dua makna. 

Pertama, bermakna“ketetapan hati terhadap sesuatu (al-‘azam wa at-taแนฃmim ‘ala al-amr)”.

Pemaknaan ini ditemukan dalam QS: Yunus (10) Ayat 71

ูَุนَู„َู‰ ุงู„ู„ّٰู‡ِ ุชَูˆَูƒَّู„ุۡชُ ูَุงَุฌูۡ…ِุนُูˆุۡۤง ุงَู…ุۡฑَูƒُู…ۡ ูˆَุดُุฑَูƒَุขุกَูƒُู…ۡ ุซُู…َّ ู„َุง ูŠَูƒُู†ۡ ุงَู…ุۡฑُูƒُู…ۡ ุนَู„َูŠูۡƒُู…ۡ ุบُู…َّุฉً
Aartinya: “Maka kepada Allah-lah aku bertawakkal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku.”

Kedua, bermakna “kesepakatan terhadap sesuatu (al-ittifaq ‘ala al-amr)”. Ijma’ dalam pemaknaan ini ditemukan dalam Q.S. Yusuf (12): 15:

ูَู„َู…َّุง ุฐَู‡َุจُูˆุۡง ุจِู‡ٖ ูˆَุงَุฌูۡ…َุนُูˆุۡۤง ุงَู†ۡ ูŠَّุฌุۡนَู„ُูˆูۡ‡ُ ูِู‰ۡ ุบَูŠٰุจَุชِ ุงู„ุۡฌُุจِّ‌ۚ ูˆَุงَูˆุۡญَูŠูۡ†َุงۤ ุงِู„َูŠูۡ‡ِ ู„َู€ุชُู†َู€ุจِّุฆَู€ู†َّู‡ُู…ۡ ุจِุงَู…ุۡฑِู‡ِู…ۡ ู‡ٰุฐَุง ูˆَู‡ُู…ۡ ู„َุง ูŠَุดุۡนُุฑُูˆูۡ†َ

Artinya: “Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar sumur (lalu mereka memasukkan dia), dan (di waktu dia sudah dalam sumur) Kami wahyukan kepada Yusuf: “Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedangkan mereka tidak ingin lagi (tidak menyadari).” (QS: Yusuf (12): 15).

Imam al-Thusi memberikan definisi dengan mengatakan: Ijma’ adalah kesepakatan para mujtahid pada suatu waktu dari komunitas ini dalam masalah agama. Merujuk pada Syarah Mukhtasar al-Raudhah, Sulaiman al-Thusi (3/5).

Sedangkan Imam al-Zarkasyi Rahimahullah berkata: Ijma’ adalah kesepakatan para mujtahid ummat Muhammad ๏ทบ setelah wafatnya pada suatu peristiwa tentang suatu hal dalam satu zaman. (Lihat Bahrul Muhith, al-Zarkasyi (6/379-380)).

Pengertian Imam al-Zarkasyi
Berdasarkan definisi yang disebutkan oleh Imam al-Zarkasyi di atas, terdapat beberapa isi penting yang boleh dikeluarkan seperti berikut:
  • Kesepakatan orang awam di dalam sesuatu isu tidak dianggap sebagai Ijma’ karena mereka bukan mujtahid.
  • Kesepakatan masyarakat umum tentang suatu masalah tidak dianggap sebagai Ijma’ karena mereka bukan mujtahid.
  • Demikian pula, kesepakatan sebagian mujtahid tidak dihitung sebagai Ijma’.
  • Kesepakatan orang-orang sebelum Nabi Muhammad ๏ทบ  tidak termasuk dalam Ijma’ karena terjadi di hadapan Nabi Muhammad.
  • Ijma’ berlaku untuk masalah syarak, ‘aqliyyat, ‘uruf, dan juga bahasa.
  • Kesepakatan para mujtahid terjadi pada zaman yang sama.
Yang dimaksud zaman di situ adalah, “Barangsiapa yang memenuhi syarat untuk melakukan ijtihad pada saat terjadinya suatu peristiwa, maka dia termasuk anggota zaman itu.”

Ada kelompok yang ucapannya diperhitungkan dalam penentuan masalah Ijma’ dan ada pula kelompok yang ucapannya tidak diterima. Misalnya, jika Ijma’ terjadi dalam masalah fiqih, maka yang diperhitungkan adalah ucapan atau pendapat seluruh ahli hukum.

Sedangkan jika masalah tersebut merupakan masalah ushuluddin, maka diperlukan kesepakatan semua ulama ushul. Jika masalah yang dibahas adalah masalah nahu maka perlu kesepakatan semua ulama nahu untuk menjadi konsensus. (Lihat al-Bahrul Muhith, al-Zarkasyi (6/415)).

Kesimpulan
Definisi yang kami pilih dalam mendefinisikan Ijma’ adalah: Kesepakatan semua mujtahid dari kalangan Nabi Muhammad tentang suatu masalah dari masalah agama dan terjadi dalam satu zaman dari zaman tertentu. Ini seperti yang dipilih oleh Imam al-Thusi seperti yang kami sebutkan di atas.
Ulama Ushul Fiqh sepakat bahwa ijma’ adalah sah dijadikan sebagai landasan hukum

Sumber : https://hidayatullah.com/spesial/hidcompedia/read/2022/07/25/234038/apa-itu-ijma.html

19:17 | 0 comments | Read More

Tak Ada Toleransi untuk LGBT Menurut Islam, Hukuman Dunia Akhirat Pedih

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Thursday, May 12, 2022 | 22:19


Para ulama telah bersepakat bahwa hubungan sesama jenis atau homoseksual adalah haram. Ulama sepakat tanpa adanya perbedaan pendapat di antara mereka. 

Mantan Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, Syekh Dr Mukhtar Marzouk, mengatakan ulama hanya berbeda pendapat pada hukuman yang diberlakukan kepada pelaku hubungan sesama jenis itu. Ada tiga pandangan mengenai hukuman yang pantas dikenakan kepada mereka.

Pertama, sebagian ulama berpendapat bahwa hukuman kepada pelaku gay dan lesbian adalah dibunuh secara mutlak, baik itu dengan dirajam, ditebas dengan pedang, atau dieksekusi dengan cara digantung. 

Kedua, sebagian ulama berpendapat bahwa hukumannya sama dengan hukuman untuk pelaku zina. Bila belum menikah maka dihukum cambuk. Sedangkan jika sudah menikah dirajam.

Ketiga, sebagian ulama yang lain berpendapat, ketentuan mengenai hukuman kepada pelaku gay dan lesbian diserahkan kepada otoritas pemerintahan yang berwenang. Hukuman yang diberikan bisa dalam bentuk penjara ataupun hukuman disiplin yang lain. 

Perbedaan pendapat dalam memberikan hukuman kepada pelaku homoseksual didasarkan pada hadits Nabi SAW. Syekh Mukhtar mengatakan, Rasulullah SAW bersabda: 

ู…َู†ْ ูˆุฌุฏุชُู…ูˆู‡ُ ูŠุนู…ู„ُ ุนู…ู„َ ู‚ูˆู…ِ ู„ูˆุทٍ ، ูุงู‚ุชู„ูˆุง ุงู„ูุงุนู„َ ูˆุงู„ู…ูุนูˆู„َ ุจู‡ِ 

"Siapa di antara kalian yang menemukan orang yang melakukan perbuatan kaum Nabi Luth maka bunuhlah pelaku dan pasangannya." (HR At Tirmidzi)

Bahkan Rasulullah SAW pun sebetulnya khawatir perilaku kaum Nabi Luth akan merayapi umatnya. 

ุนู† ุฌุงุจุฑٍ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ู‚ุงู„: ู‚ุงู„ ุฑุณูˆู„ُ ุงู„ู„ู‡ - ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ :ุฅู†َّ ุฃุฎْูˆَูَ ู…ุง ุฃุฎุงูُ ุนู„ู‰ ุฃُู…َّุชูŠ ุนَู…ู„ُ ู‚ูˆู…ِ ู„ูˆุทٍ

Dari Jabir RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Perkara yang paling aku khawatirkan pada umatku adalah munculnya perilaku kaum Luth." (HR Tirmidzi)

ุนَู†ِ ุงุจْู†ِ ุนَุจَّุงุณٍ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ู…ุง ุฃَู†َّ ู†َุจِูŠَّ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ู‚َุงู„َ : ู„َุนَู†َ ุงู„ู„َّู‡ُ ู…َู†ْ ุนَู…ِู„َ ุนَู…َู„َ ู‚َูˆْู…ِ ู„ُูˆุทٍ ، ู„َุนَู†َ ุงู„ู„َّู‡ُ ู…َู†ْ ุนَู…ِู„َ ุนَู…َู„َ ู‚َูˆْู…ِ ู„ُูˆุทٍ ، ุซَู„ุงุซًุง 

Dalam riwayat Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW telah memperingatkan, "Allah melaknat manusia yang melakukan perbuatan seperti kaum Luth, Allah melaknat manusia yang melakukan perbuatan seperti kaum Luth, Allah melaknat manusia yang melakukan perbuatan seperti kaum Luth." (HR Ahmad) 

Sumber: Republika.co.id

22:19 | 0 comments | Read More

Rasulullah Adalah Panutan Kita, Bukan Selebgram!

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Monday, October 25, 2021 | 09:28


Buat Remaja Muslim, Public Figure yang beragama Muslim di Industri Entertainment mungkin akan menjadi bahan obrolan dan bisa jadi ada yang menjadikan sebagai referensi dalam menjalani hidup. Tapi buat yang sudah menikah dan punya anak, kalau membahas Public Figure di industri hiburan itu gak terlalu penting ... Karena dipandang sebagai bacaan sekunder (gak terlalu penting).

Untuk Remaja atau orang-orang yang belum menikah, melihat lifestyle artist Muslim itu bisa jadi sesuatu yang penting untuk dibahas! seperti Harris J yang melantunkan Salamun 'Alaikum atau Zayn Malik yang mantan Personil One Direction. Malah jangankan Artist Muslim ... Para Remaja Putri Muslim ada yang sampai menggilai Public Figure Artist Korea dan membahas segala sesuatu yang berhubungan dengannya!

Harris J yang melantunkan Salamun 'Alaikum ternyata mengaku gak pernah Sholat trus Zayn Malik yang mantan Personel One Direction yang asalnya Muslim tapi sekarang memilih tidak beragama (Atheis) ... Kalau buat Muslim yang hidupnya hanya mantengin Status Sosmed mungkin galau, Tapi tidak dengan seorang Muslim yang menjadikan Rasulullah SAW sebagai panutan dan AlQur'an dan Hadits sebagai Pedoman. Jadi walaupun mungkin ada Public Figure yang mengaku Muslim atau Ex Muslim dan menjalani kehidupan yang Sekuler dan Liberal, itu tidak akan mempengaruhi Pola Pikir kita sebagai seorang Muslim.

Dan tahu gak sih? ketika seorang Muslim salah memilih Panutan itu bisa berpengaruh pada pola pikir dan menjadi acuan dalam melakukan sesuatu kedepannya?

Mungkin Kecenderungan menjalani hidup tanpa ikatan agama yang taat tapi tetap ber-KTP Islam bisa menjadi gaya hidup kalau Para Remaja dan Pemuda Islam itu tidak difahamkan tentang ajaran Islam yang benar, karena tidak jarang kita mendengar jargon: Yang penting baik dan sukses secara materi di mata manusia, urusan dengan Akhirat atau Surga-Neraka .. itu urusan nanti, soalnya belum mati dan urusan akhirat itu belum pasti (walaupun AlQur'an dan Hadits sudah mengaturnya ... Tapi tetep buat mereka, sudut pandangnya beda. Mereka melihat keberhasilan hidup itu dari sisi materi dunia)

Tapi kita coba tidak menghakimi mereka, karena roda kehidupan itu berputar ... Bisa jadi yang masa bodo urusan akhirat nanti, suatu saat paling peduli dengan urusan akhirat. Mereka jadi rajin ibadah ... Kita yang malah tertinggal daru mereka urusan amalan ibadah harian ๐Ÿ˜ฌ

Ya emang sesuatu banget sih ... Kita ngajak mereka untuk sholat, jangan berzina ... Tapi yang mereka omongkan: gimana caranya banyak duit! ๐Ÿ˜„

Tetap semangat berdakwah dan menebar kebaikan, karena percayalah hanya dengan menjalankan Syariat Islam secara menyeluruh hidup ini akan berjalan dengan baik dan benar ... Sedangkan Hidayah itu milik Allah, manusia ikhtiar saja ๐Ÿ™
09:28 | 0 comments | Read More

Belajar Ngaji AlQur'an: Pengertian & Pembagian Makharijul Huruf (Part 2)

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Friday, March 26, 2021 | 07:17

Oleh Tim Yayasan Peduli Remaja (YPR) Mentari Cianjur

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

๐ŸŒท๐Ÿƒ๐ŸŒท๐Ÿƒ๐ŸŒท๐Ÿƒ

Hai sahabat Mentari, gimana kabarnya hari ini? Masih semangat menjalani aktifitas hariannya ๐Ÿ˜Š

Sahabat, masih ingat ngga dengan kajian Makhorijul Huruf yg kita bahas beberapa waktu yang lalu?

Kita lanjut belajar Ngaji yuk!

๐ŸŒท๐ŸŒท๐ŸŒท

Naah... setelah kita mengenal huruf-huruf yang keluar dari Al Jauf (Rongga Mulut) dan Al Halqu (tenggorokan), sekarang mari kita perhatikan huruf yang keluar dari lidah kita.

3. Al-Lisan (ุงู„ู„ุณุงู†), artinya lidah
Bunyi huruf hijaiyah dengan tempat keluarnya dari lidah ada 18 huruf. Berdasarkan delapan belas huruf itu dapat dikelompokkan menjadi 10 makhraj. Banyak ya sahabat.

Kita bahas sebagian pada pertemuan kali ini.

1) Pangkal lidah dengan mengangkatnya keatas langit-langit mulut bagian belakang, yaitu huruf Qof (ู‚).
2) Pangkal lidah diturunkan yaitu huruf Kaf (ูƒ).
3) Tengah-tengah lidah, yaitu huruf Jim ( ุฌ ), Syin ( ุด ) dan Ya’ ( ูŠ ).
Maksudnya bunyi huruf-huruf tersebut keluar dari tengah-tengah lidah yang bertemu langit-langit mulut yang tepat di atasnya.
4) Sisi lidah, yaitu huruf Dlod ( ุถ ).
Maksudnya bunyi huruf Dlod ( ุถ ) keluar dari sisi lidah (boleh sisi lidah kanan atau kiri) yang bertemu gigi geraham

๐ŸŒท๐Ÿƒ๐ŸŒท๐Ÿƒ๐ŸŒท๐Ÿƒ

Untuk lebih jelasnya, sahabat bisa menyimak video berikut ini 

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
07:17 | 1 comments | Read More

Telaah Sebelum Share, Dakwah di Dunia Maya Sesuai Kapasitas Diri

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Wednesday, March 3, 2021 | 07:48

Oleh Tim Yayasan Peduli Remaja (YPR) Mentari Cianjur

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sahabat Mentari semuanya, semoga hidupnya senantiasa diridhai Allah.

ู†ุญู† ุฏุนุงุฉ ู‚ุจู„ ูƒู„ ุดูŠุฆ 

Kita adalah Da’i Sebelum Apapun

Itulah Perkataan Ulama yang sering kita dengar, karena memang sejatinya begitulah fitrah seorang Muslim yang mengajak kepada yang Ma'ruf dan mencegah kepada yang Munkar.

Namun tiap Muslim punya kapasitas yang berbeda, bisa ditelaah sesuai dengan background pendidikan, pekerjaan dan lingkungan masing-masing.

Di Era Digital ini, kita sebagai seorang Muslim bisa dengan mudah berbagi Hal yang berbau agama dengan cukup follow Akun Sosmed di Instagram yang bertebaran memberikan artikel atau kutipan serta nasehat.

Tapi tahukah bahwa kita punya Porsi masing-masing yang antara satu orang dengan yang lain beda kapasitanya? Karena tentu Dakwah seorang Pelajar berbeda dengan Seorang Guru atau Ustadz, baik dari sisi konten dan gaya penyampaiannya.

Hal-hal apa sajakah yang harus diperhatikan jika ingin berdakwah di Sosmed?

Berikut rangkuman yang dapat saya bagi dari hasil interaksi di Dunia Maya dari berbagai jenis persinggahan Kurun Waktu 2004 sampai sekarang (Forum Diskusi Internet, Chat Room dan Sekarang Sosmed)

1. Kenali Dulu Kapasitas Diri Kita

Kita harus mengenali diri kita dan memposisikan diri secara benar siapa kita ketika niat berdakwah di Dunia Maya. Jika seorang Pelajar, maka tentu ruang lingkup bahasannya harus cocok dengan apa yang menjadi problematika para Pelajar saat ini.

Buat Pelajar, Dakwah untuk mengajak tidak berpacaran adalah mungkin Jihad Terbesar ketimbang ngajak ngomongin Perpolitikan Negara yang Complicated. Begitu juga dengan Mahasiswa, transisi pencarian tujuan hidup antara fase belajar dan mencari kerja trus Menikah disinilah terjadi pergualatan di fase ini. 

Maka memberikan Tausiyah materi pengembangan diri sepertinya paling cocok.

2. Telaah dan Fahami yang Akan kita Share

Setelah kita tahu siapa kita dan siapa Objek Dakwah kita, maka kita tentukan materi yang pas. Biasanya yang lagi trending dan viral adalah tema yang menarik.  

Perlu kita fahami bahwa kecenderungan Objek Dakwah di Sosmed atau kita sebut Netizens bisa jadi sangat berbeda karakternya ketika di Dunia Maya dan Nyata. Ada seseorang yang sangat pendiam di Dunia Nyata, Tapi ketika di Dunia Maya begitu garang membuat status dan memberikan komentar.

Maka share artikel atau status Dakwah, materinya harus disesuaikan dengan "Mood" orang-orang di sekitar kita. Misalkan jika kita lihat di jejaring kita, status-nya lagi pada galau maka kita statusnya diusahakan jangan nge-gass.

3. Verifikasi Sumber Artikel

Seorang Ustadz yang fokus berdakwah tentang Rukyah yaitu Ustadz Muhammad Faizar, belia berkata di Channel Youtube-nya bahwa Sanad adalah bagian dari agama. Sanad adalah sesuatu yang Istimewa yang dimiliki Umat Islam dan tidak dipunyai oleh Agama atau Kepercayaan lainnya.

Abdullah bin Mubarak berkata: “Sanad itu bagian dari agama. Kalau lah tidak ada ilmu Isnad, pasti siapaun bisa berkata apa yang dia kehendaki.” [HR. Muslim]

Sanad Keilmuan adalah Jalan sebuah Ilmu turun temurun sampai ke kita, yang disampaikan oleh para Ulama hingga sampai ke Sahabat dan Rasulullah.

Ada contoh kecil bagaimana Islam menjaga Khazanah Keilmuan agar tetap murni. Diceritakan oleh Ustadz Fatih Karim di Channel Youtube-nya bahwa ada seorang yang katanya meriwayatkan Hadits (Perawi) dan ketika datang seorang Pencari Hadits trus Pencari Hadits tersebut melihat orang yang katanya meriwayatkan Hadits itu memasukan Ayam dengan pura-pura memberika makan supaya masuk kandang, dan ternyata setelah masuk kandang orang tersebut tidak memberika makan maka sang Pencari Hadits tersebut menolak Hadits dari orang tersebut karena perbuatannya.

Lalu bagaimana dengan kita sebagai seorang yang awam ingin berdakwah tapi terbatas literasinya?

Saya pribadi akan mencari materi dari Akun Sosmed (terutama Instagram) yang menurut saya jelas pengelolanya, jelas aqidahnya dan memang punya kapasitas. Semisal untuk kutipan Ulama, saya sering mengambil dari Akun Pesantern @s1dogiri.

Kenapa kita harus memilih akun yang sudah terverifikasi?

Karena tidak jarang, banyak Akun yang mengutip seolah-olah perkataan Ulama atau Sahabat padahal perkataan tersebut tidak disampaikan oleh Ulama atau Sahabat tersebut. Yang paling suka "diplesetkan" adalah Perkataan Sayyidna Ali Bin Abi Thalib. Dan yang suka share status seperti ini adalah Akun yang gak jelas background pemahaman dan pendidikan Islamnya tapi Follower-nya banyak karena memang mereka pintar membuat konten tapi Fakir Ilmu.

Atau ada share Status dan Gambar yang gak singkron. Contohnya adalah Text-nya benar tapi gambarnya asal nyomot! Untuk mencegah penyebaran konten seperti ini, usahakan kita googling terlebih dahulu baik Text tulisannya dan juga gambarnya di images.google.com

Demikian sharing informasi ini, semoga bermanfaat dan kita makin diberkahi oleh Allah SWT

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

07:48 | 0 comments | Read More

Antara Hujan dan Pelangi

Oleh Tim Yayasan Peduli Remaja (YPR) Mentari Cianjur

Bismillahirrahmaanirrahiim 

Assalamualaikum warahmatullah wabarakaatuh... Apa kabar sahabat mentari?  

Walau pagi  ini mentari enggan bersinar, InsyaaAllah  tidak mengurangi semangat kita untuk tetap berkarya dalam kebaikan walau sebagian harus tetap dari rumah. 

Gimana ya kalau ternyata asa yang kita rangkai setiap bangun tidur ternyata tak sesuai ekpetasi kita.

ANTARA HUJAN DAN PELANGI

Mengeluh. Bisa berbentuk ucapan ataupun perbuatan. Yang tanpa kita sadari sering lakukan. Yang hampir setiap hari kita ungkapkan.Tapi bukankah ini sia-sia kawan? Lebih baik untuk hal lain kita manfaatkan. Sia-sia karena tidak ada hal yang bisa didapatkan selain ketenangan yang hampa. Semu dan sementara. Padahal Allah akan menepati janjinya. Terutama bagi orang yang sabar dan percaya.

Keluhan. Hal yang sering kita ungkapkan ke orang lain maupun ke teman. Dan kadang kala kita merasa lega setelah melakukan. Walaupun tidak selalu memberikan jalan akan sebuah permasalahan. Namun bagaimana jika orang atau teman tersebut menghilang? Mau kemana keluhan ini dilepaskan? 

Maka luapkan keluhanmu kepada Allah semata. Ingatlah selalu, bahwa Dia akan datang. Menerima setiap keluhan yang kamu tumpahkan. Yang pasti akan memberikan jawaban. Tentu dengan cara-Nya yang tak disangka. Meskipun kita tidak tahu kapan waktu tepatnya. Namun,selalu ingat bahwa janji-Nya sungguh nyata. Seperti pada surat Al-Insyirah ayat 5 dan 6 yang artinya: (5) Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. (6) Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.

Hujan sering kali dilambangkan dengan kesedihan. Turunnya juga sering dianggap pertanda keburukan. Padahal di dalamnya banyak sekali kenikmatan dan keberkahan. 

Sedangkan pelangi sering kali dilambangkan dengan kebahagiaan. Karena yang ditampakkannya adalah sebuah keindahan. Membuat orang melihat dengan segala kekaguman. Itu semua adalah keagungan alam. Yang Allah subhanahu wata'ala ciptakan agar kita ambil pelajaran.

*

Memang dalam kehidupan pasti kita melewati suatu cobaan maupun tantangan. Karena di dunia ini tidak ada yang kekal selain Allah Yang Maha Menciptakan. Yakinlah semua itu akan berlalu. Percayalah semuanya pasti ada jalan untuk terus maju. Seperti kita yang merindukan pelangi, namun hujan haruslah kita nikmati. Karena jika tidak ada hujan, maka tidak ada pelangi.

Allah mengetahui yang terbaik bagi kita, lantas mengapa harus mengeluhkan derita? Sering kali kita selalu menginginkan datangnya pelangi, tapi Dia tahu bahwa hujan harus turun tuk membasahi. 

Memang rencana-Nya sungguhlah indah untuk dinanti. Datang dengan cara yang tak terduga. Tiba di saat yang tak disangka. Cukuplah bagi kita untuk selalu percaya.

Wallahu 'alam... 

Semoga bermanfaat 


Ummu Faqih

24 Februari 2020

@mentari community

07:46 | 0 comments | Read More