“Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya, tetapi yang bermanfaat bagi manusia akan tetap bertahan di muka bumi. Demikianlah Allah telah memberikan perumpamaan.” (Ar-Ra’d : 17)
Sahabatku, kita sering mendengar ilustrasi rumus BCD untuk menggambarkan kehidupan kita. B adalah Birth (Hidup), D adalah (Death), dan di antara keduanya ada C (Choice). Kita telah terlahir ke dunia ini dan kelak kita akan mati, di antara dua masa ini kita diberikan kesempatan untuk memilih. Seperti firman Allah di atas, kita bisa memilih di antara dua hal; menjadi buih yang hidupnya berlalu tanpa arti atau menjadi orang yang bermanfaat bagi manusia.
Sahabatku, tentu kita akan mengambil pilihan yang kedua; menjadi orang yang bermanfaat bagi manusia. Lantas, pertanyaannya, apa yang harus kita lakukan untuk menjadi orang yang bermanfaat itu?
Tak ada syarat yang rumit, cukuplah kita berkontribusi dengan apa saja yang bisa kita lakukan. Meskipun sederhana. Meskipun dianggap kecil. Yang penting itu bermanfaat untuk umat. Yang penting itu adalah kebaikan dan kebenaran. Bukankah kita tahu bahwa sekadar menyingkirkan batu dari jalanan juga tercatat sebagai kebaikan karena membawa kesalamatan bagi orang banyak?
Sahabatku, Allah telah memberikan kepada kita potensi yang besar. Allah telah melengkapi kita dengan sumber daya yang luar biasa. Maka, hendaknya kita pergunakan itu semua dalam rangka menyembah kepada-Nya, mengagungkan nama-Nya di muka bumi, dan meninggikan agama-Nya. Itulah tugas kita.
Bagi kita, para pemuda, Allah telah mengucurkan nikmat yang amat besar. Jika saja diperkenankan, maka manusia akan meminta kepada Allah agar ia tetap berusia muda, tak pernah menua. Namun, sudah menjadi sunnatullah, setiap manusia akan menua. Maka, tugas manusia bukanlah menyesali keadaan ini, tapi melalui momen yang sekali lewat ini dengan sebaik-baiknya.
Wahai para pemuda yang merindukan kesuksesan sejati, ketahuilah kesuksesan sejati adalah ketika engkau tercatat sebagai orang yang berkontribusi besar untuk umat. Engkau dikatakan sukses apabila ketika engkau mati, orang-orang yang mendatangimu menjadi saksi bahwa engkau adalah pelaku kebaikan yang bermanfaat hidupnya. Bukan ukuran sukses bagi seorang muslim bila hanya memiliki harta yang banyak dan popularitas yang melambung. Satu-satunya ukuran sukses bagi seorang muslim adalah kontribusinya untuk umat. Tentu, niatnya adalah ikhlas untuk mengharapkan ridha Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala kelak tidak akan mempertanyakan seberapa banyak harta yang bisa kita kumpulkan, tidak pula seberapa tinggi jabatan duniawi kita, tapi seberapa besar kontribusi yang kita sumbangkan menggunakan nikmat-nikmat-Nya.
Wahai para pemuda; yuk, kita tekadkan untuk berkontribusi di dalam kehidupan kita. Mari kita torehkan manfaat dari diri kita untuk umat. Semoga, kelak Allah mencatat kita sebagai bagian dari hamba-Nya yang melalui kehidupan dengan sebaik-baiknya. Sehingga, Allah pun melengkapi nikmat-Nya dengan hadiah surga serta segala keindahan di dalamnya. Amiin. (Dakwatuna)
13:41 | 0
comments | Read More