Selain masalah narkoba, masalah seks bebas hari ini adalah masalah yang sangat mengkhawatirkan dari orangtua yang memiliki anak remaja. Bahkan, boleh tidak setuju, bagi saya masalah seks bebas ini bisa jadi jauh lebih berbahaya dari narkoba sekalipun. Jika anak kena narkoba bisa dikenali dari ciri-ciri fisiknya, maka tidak mudah kita mengenali hanya dari ciri-ciri fisik untuk anak-anak yang kecanduan pornografi dan terjerumus dalam pergaulan seks bebas (seks di luar nikah).
Tidak mudah bagi seorang anak remaja untuk ditawari narkoba langsung men-iyakan. Tapi karena hasrat seksual punya modal naluri yang hinggap pada diri semua manusia, maka jika tidak dibentengi dengan kendali pikiran yang baik, bisa jadi menjadi mudah bagi seorang remaja untuk merasakan kenikmatan seksual sebelum waktunya yang halal: menikah.
Pacaran adalah salah satu pintu gerbang untuk remaja-remaja kita merasakan kenikmatan berhubungan dengan lawan jenis sebelum waktunya yang halal tadi. Dengan pacaran, seorang anak remaja mengungkapkan rasa ketertarikan pada lawan jenisnya dengan berbagai ekspresi: mulai dari hanya perkataan, sentuhan sampai yang ekspresi seksual yang haram.
Bisa jadi, awalnya tak satu pun anak remaja, apalagi remaja perempuan, yang menginginkan terjerumus dengan seks tak halal tadi. Awalnya bisa jadi mereka hanya ingin menunjukkan mereka ‘laku’. Awalnya bisa jadi mereka hanya ingin memiliki teman curhat yang lebih perhatian. Awalnya bisa jadi mereka hanya penasaran dengan gejolak perasaan yang mereka rasakan. Tetapi, ketika sudah memutuskan pacaran, maka dekatlah pintu-pintu perbuatan yang haram tadi.
Anda boleh lihat kiri kanan. Anda boleh survei ke sekolah-sekolah. Anda boleh lakukan riset dengan wawancara mendalam. Telitilah anak-anak yang pacaran. Berapa banyak diantara remaja-remaja yang setelah 1 bulan pacaran tidak pernah berdua-duaan dan ketemuan. Telitilah diantara mereka yang berduaan tidak mengumbar kemesraan-kemesraan.
Lalu, periksalah diantara anak remaja yang setelah kira-kira 3 bulan sering berduaan, berapa banyak diantara mereka yang tidak pernah pegangan tangan?
Periksalah diantara anak remaja yang setelah 3 bulan pegangan dan saling meremas tangan, berapa banyak diantara mereka yang tidak mencium pipi lawan jenisnya?
Periksalah diantara anak remaja yang setelah 3 bulan berani mencium pipi lawan jenisnya, berapa banyak diantara mereka yang (maaf) tidak saling berciuman?
Periksalah diantara anak remaja yang setelah 1 tahun berani berciuman dengan lawan jenisnya, berapa banyak diantara mereka yang (maaf) tidak melakukan petting (bercumbu)?
Ah, tak usah diteruskan lagi, rasakan akan ngeri jika membayangkan bahwa anak kita yang melakukannya.
Dads & Moms setiap dari kita pasti faham bahwa adalah normal anak-anak remaja kita menyukai lawan jenis. Masalahnya adalah sebagai orangtua, kadang kita khawatir dengan cara menyukai lawan jenis anak-anak remaja kita. Jaman ini, pacaran bagi remaja seolah menjadi tren dan seperti ‘wajib’ di kalangan mereka. Meski seharusnya tidak demikian bukan?
Sebagian kita mungkin juga punya keyakinan bahwa pacaran adalah bagian dari perbuatan mendekati zina. Tapi meski demikian, bagaimana cara kita membimbing anak sehingga mereka memahami ini, akan menentukan apakah mereka akan sefaham dengan kita atau tidak tentang hal ini.
Tidak mudah bagi anak-anak kita yang remaja mengendalikan perubahan gejolak perasaan, merasakan perubahan fisik pada tubuh mereka, mengantisipasi berkembagnnya hormon-hormon seksual mereka.
Itu dari dalam diri mereka sendiri. Belum lagi mereka mendapat ‘serangan’ dari luar: rangsangan-rangsangan seksual dari video musik, tayangan video dan film, internet, bacaan majalah, tontonan televisi yang kebanyakan bertema “cinta” seolah mengajak dan menggoda mereka, anak remaja kita untuk menyalurkan naluri kasih sayang pada jenis tersebut lebih dini yaitu: pacaran.
Pertanyaannya, bagaimana cara kita mengkomunikasikan ini pada remaja kita? Mari kita bantu anak-anak kita melewati fase ini dengan lebih baik. Saya bertanya pada banyak orangtua tentang hal ini. Jawaban apa yang akan mereka berikan pada remaja mereka jika mereka bertanya tentang pacaran. Ada yang menjawab secara serius, ada yang menjawab dengan santai dan bahkan ada yang menjawab dengan kocak, meski pesannya tetap terkesan serius.
Kami pilihkan untuk Anda tanggapan dari beberapa orangtua yang insya Allah dapat menjadi bahan kita, menjadi referensi kita, untuk mengajak anak kita bicara, untuk mengajak anak kita berdiskusi, menjadi sahabat kita.
Selamat menikmati.
Salam
Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Direktur Auladi Parenting School
www.auladi.org | inspirasipspa@yahoo.com