Powered by Blogger.

Islamic Sunday 16 Februari 2020 di Mesjid At-Tarbiyah SMKN 1 Cipanas: Nanti Kita Cerita Prestasi Hari Ini

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Saturday, February 15, 2020 | 20:25

Prestasi pengen diatas, tapi rebahan masih jadi prioritas?
Charge imanmu!!💥

Skuy hadir di ISLAMIC SUNDAY pekan ini!! menghadirkan pembicara muda, kece, penuh karya, daaaan penerima beasiswa S2 di IPB!


Save the date!
🗓 : Ahad, 16 Februari 2020
🕗 : 08.00
📍: Di Masjid At-Tarbiyah SMKN 1 Cipanas

Ajak sahabat, saudara, kaka-adik juga yaa!! Nanti Kita Cerita Prestasi Hari ini!!

Informasi lebih lanjut hubungi narahubung kami di
+62878-2183-2030 (Teh Mentari)

#IslamicSunday
#MentariMudaBerkarya
#YPRMENTARI
20:25 | 0 comments | Read More

Warning! Remaja di Jakarta Tusuk Ibu Kandung Karena Depresi Akibat Game Online

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Monday, February 10, 2020 | 18:18

Sahabat Mentari, kembali sebuah kejadian yang tidak diinginkan kembali terjadi. Dimana seorang Remaja melakukan penusukan terhadap Ibu Kandungnya sendiri. Penyebab Remaja melakukan aksi tersebut berdasarkan informasi yang dikeluarkan oleh Pihak Kepolisian adalah karena terlalu keranjingan bermain Game Online, begitu juga informasi dari para Tetangga yang mengatakan bahwa Remaja tersebut sehari-hari tidak lepas dari HP.

Makanya Sahabat Mentari ... temennya jangan cuman akun-akun digital di Internet atau Game Online saja, carilah teman yang berwujud manusia asli di dunia nyata. Salah satunya ikut Mentoring dibawah bimbingan Yayasan Peduli Remaja (YPR) Mentari Cianjur atau ikut Pengajian di Sekolahnya dan juga sekitar tempat tinggal.

*****
Pengamat menyebut tindak kekerasan yang dilakukan seorang remaja berinisial CCS yang tega menusuk ibu kandungnya menggunakan gunting di Tanjung Duren terkait dengan paparan negatif dunia digital di internet.

Menanggapi hal tersebut, Deputi Perlindungan Anak, Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak (KPPA) Nahar mengatakan tindak kekerasan ini kemungkinan terinspirasi dari paparan hal-hal negatif di dunia digital.

"Ia terinspirasi oleh tayangan atau oleh pengalaman orang lain atau misalnya karena terinspirasi oleh hal-hal (di internet) yang seharusnya dia tidak lakukan," 

Nahar lebih lanjut menekankan agar orang tua memiliki pola asuh yang tidak hanya memberikan sesuatu kepada anak. Nahar menyarankan agar orang tua terus membimbing anak ketika hendak memberikan hal-hal baru.

Khususnya terkait hal-hal yang berkaitan dengan digital dan internet. Segala sesuatu yang baru pasti memiliki nilai positif dan negatif. Merupakan tugas orang tua untuk memastikan agar anak dapat memanfaatkan digital dan internet secara positif.

"Cara mengedukasi kita yang itu kembali lagi ke pola pengasuhan. Pola asuhnya harus jangan cuma bisanya menyodorkan sesuatu, lalu kemudian anak itu gampang mencontoh," katanya.

Di sisi lain, Menteri PPPA Bintang Puspayoga mengatakan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018 mengatakan penduduk usia lima tahun ke atas mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah penduduk muda ini naik 22,76 persen dari 2014 ke 2018.

Penduduk usia 5 sampai 18 tahun pun tercatat menempati sekitar 25,62 persen dari total pengguna internet Indonesia.

Perkembangan teknologi informasi telah membuat anak rentan terhadap berbagai isu baru yang mungkin tidak pernah kita bayangkan di masa lalu. Bintang kemudian menjelaskan siapa yang menyangka bahwa bahaya dapat mengintai anak-anak di baling perangkat elektronik.

Banyak orang juga tidak membayangkan internet bisa menjauhkan anak-anak dari keluarga dan teman-teman sebaya akibat kecanduan internet.

"Saat ini, pemanfaatan internet yang tidak sehat masih menjadi persoalan di Indonesia," ujar Bintang. 

Sumber: cnnindonesia.com
18:18 | 0 comments | Read More

Raih IPK Tinggi Meski Tinggal di Masjid Kampus UNPAD

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Sunday, February 9, 2020 | 16:59


Yusup Mulyana, sempat tak direstui kedua orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi karena keterbatasan biaya 3,5 tahun lalu. Namun kini Yusup menjadi salah satu wisudawan terbaik di Universitas Padjadjaran, dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,52.
Yusup menuntaskan masa kuliahnya dalamWisuda Lulusan Gelombang II Tahun Akademik 2019/2020 Universitas Padjadjaran yang digelar di Kampus Unpad, Bandung, Selasa, 4 Februari 2020. Penerima Bidikmisi ini berhasil menyelesaikan studinya di Sastra Arab.
Ia dinyatakan lulus dengan IPK 3.52 pada 7 Januari 2020 lalu setelah tugas akhir skripsi berjudul “Estetika Interior Masjid Agung Kota Cimahi dengan Kajian Semiotika”. Masih terlintas dalam pikiran Yusup 3,5 tahun yang lalu, kedua orang tuanya sempat tidak menyetujui keinginan Yusup untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi selepas lulus SMA.
Alasannya, kedua orang tua Yusup yang berprofesi sebagai pengayuh becak dan ibu rumah tangga tak tahu harus bagaimana membayar biaya kuliah Yusup jika nanti jadi melanjutkan ke perguruan tinggi. Namun semangat Yusup begitu besar untuk tak berhenti sampai di SMA saja.
Pemuda asal Desa Banjarsari, Ciamis ini kemudian banyak berkonsultasi dengan gurunya. Ia pun mencoba mendaftar program bantuan Bidikmisi dan membulatkan tekad memilih prodi Sastra Arab Unpad.
“Akhirnya diterima melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) sekaligus dinyatakan berhak memperoleh beasiswa Bidikmisi,” ujar kelahiran Ciamis 22 Februari 1998 ini.
Semasa aktif sebagai mahasiswa, Yusup banyak mengabdikan diri melayani umat sebagai takmir di masjid Al-Mushlih FIB Unpad hingga Masjid Raya Unpad. Tak hanya itu, Yusup juga aktif berorganisasi di Himpunan Mahasiswa Sastra Arab Unpad dan Ikatan Mahasiswa Studi Arab se-Indonesia (Imasasi).
Yusup mengatakan, selama kuliah, selain belajar untuk menuntaskan kewajiban akademiknya, ia juga menjadi pengajar baca tulis Alquran di Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Unpad hingga DKM Masjid Al-Jabbar ITB Jatinangor.
Dalam membagi waktu antara belajar, berorganisasi, sekaligus mengabdikan diri kepada masyarakat, Yusup mengaku tidak menemui kesulitan berarti. Menurutnya, kunci untuk mengatur waktu di antaranya adalah disiplin menjalankan salat tepat waktu, dan mengisi waktu kosong antar jadwal salat wajib itu dengan belajar, baik membaca atau mendengarkan kajian.
“Dengan menjaga ibadah, Allah juga akan menjaga kelancaran segala urusan kita,” ujarnya dikutip dari laman Unpad.
Masa di setengah tahun terakhir masa studinya, Yusup memutuskan untuk tinggal di Masjid Raya Unpad. Selama tinggal di Masjid Raya Unpad sejak bulan Juli tahun lalu, ia merasakan banyak manfaat yang diperoleh selain giat beribadah mendekatkan diri pada Tuhan.
Ia mengabdikan diri menjadi takmir, sekaligus melakukan banyak kegiatan sosial bersama organisasi KMMK Syamil Unpad. Tidak berhenti setelah memperoleh gelar sarjana, Yusup bertekad untuk terus melanjutkan pendidikannya.
Saat ini, ia tengah merencanakan untuk meneruskan pendidikan Magister melalui beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Unpad. Di keluarganya, Yusup menjadi anak pertama yang berhasil meraih gelar sarjana.
Ia berharap keberhasilan ini tak lantas menjadikannya jumawa. “Semoga keberhasilan ini mampu menjadi penyemangat dirinya untuk terus mengabdikan diri pada masyarakat, dan memotivasi untuk terus belajar meraih cita-cita,” pungkasnya.
Sumber: Berbagisemangat.com
16:59 | 0 comments | Read More