Powered by Blogger.

Kemenag: Rohis Tangkal Kenakalan Remaja, Narkoba, Hingga Radikalisme

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Friday, April 29, 2016 | 17:56


DIRJEN Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, Kamarudin Amin menyatakan kegiatan Kerohanian Islam (Rohis) di sekolah penting dalam rangka menolak penetrasi negatif dampak globalisasi seperti kerusakan moral, narkoba, hingga pergaulan bebas.
Rohis merupakan kegiatan ekstrakulikuler dan bagian dari Organisasi Intra Sekolah (OSIS) yang bertujuan untuk memperkuat dan memperdalam agama Islam.
Menurut Kamarudin generasi muda merupakan sasaran empuk paham-paham yang dapat merusak karakter siswa sebagai generasi emas masa depan. Karenanya perkembangan rohis harus terus diperbarui agar dapat berperan maksimal.
Sebagai wadah vital pengembangan karakter siswa, dirinya memandang perlu ada pendampingan terhadap kegiatan rohis sehingga tidak ada penyimpangan. Kesan rohis sebagai organisasi tertutup, eksklusif harus dihindari.
“Hampir 60 juta pelajar di Indonesia. Umat Islam diantaranya sekitar 55 juta anak. Mereka tentu kader, generasi muda strategis, dan kalau ini dipanitrasi gerakan radikalisme, perbuatan amoral, moralitas mereka jebol, dipengaruhi oleh nilai tidak baik maka generasi Indonesia terancam,” tuturnya di gedung Kemenag, Jakarta Pusat, Kamis (28/4/2016).
Ancaman radikalisme, lanjutnya, manjadi ancaman sangat nyata dan Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar tentu menjadi target strategis. Lembaga pendidikan dianggap strategis untuk disasar.
“Karenanya lembaga pendidikan harus dibentengi agar tidak dipanitrasi oleh ekstrimisme, narkoba, seks bebas, pergaulan tidak islami, hedonis,” pungkasnya. [Islampos]
17:56 | 0 comments | Read More

Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan SMA dan SMK

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Tuesday, April 19, 2016 | 11:27

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sahabat Mentari yang sudah lulus SMA dan SMK trus lagi cari kerja, ada kesempatan nech untuk melamar kerja di PLN. Informasi ini Admin dapatkan langsung dari Website PLN untuk seluruh Indonesia, dan yang akan di-share Web Mentari ini hanya untuk Regional Jawa Barat dan Jabodetabek Banten:

Informasi Utama dari Lowongan ini adalah:
1. Pelamar Lahir paling tua tahun 1996 dan paling muda bulan Agustus 2016 berumur 17 tahun
2. Nilai rata-rata dari Kelas 10-12 adalah lebih dari 6,5
3. Bersedia tidak menikah selamat diklat prajabatan
4. Lowongan yang tersedia adalah Operator/Teknisi untuk lulusan SMK Teknik atau SMA/MA Jurusan IPA
5. Lowongan yang tersedia untuk Administrasi adalah untuk lulusan SMK, Administrasi, Kesekretariatan (Jabodetabek dan Baten) sedangkan untuk Jabar lulusan SMA IPS, SMK Administrasi dan Kesekretariatan

Untuk informasi terkait Lowongan ini untuk Wilayah Jabodetabek Banten bisa lihat dan download Link Google Driver berikut: https://drive.google.com/file/d/0B2tuld95BUzZQ2oxZDh0OTR6R1U/view



Sedangkan untuk Wilayah Distribusi Jawa Barat bisa lihat dan download di Link: https://drive.google.com/file/d/0B7erepcQzdPjYklqRVZxUElMRUU/view?usp=sharing


 Berikut Link Resmi dari Website PLN per Regional untuk penerimaan Karyawan Baru PLN:
1. Aceh: http://www.pln.co.id/aceh/?p=1168
2. Medan: http://www.pln.co.id/sumut/?p=2616
3. Riau: http://www.pln.co.id/riau/?p=4515
4. Padang: http://www.pln.co.id/sumbar/?p=1351
5. Palembang: http://www.pln.co.id/s2jb/?p=361
6. Bangka: http://www.pln.co.id/babel/?p=54
7. Lampung: http://www.pln.co.id/lampung/?p=5574
8. Jakarta: http://www.pln.co.id/disjaya/?p=4747
9. Bandung: http://www.pln.co.id/disjabar/?p=1777
10. Jawa Tengah: http://www.pln.co.id/disjateng/?p=1248
11. Jawa Timur: http://www.pln.co.id/disjatim/?p=1728
12. Bali: http://www.pln.co.id/disbali/
13. Kalimantan Barat: http://www.pln.co.id/kalbar/?p=569
14. Banjarmasin: http://www.pln.co.id/kalselteng/?p=1648
15. Balikpapan: http://www.pln.co.id/kaltim/?p=2190
16. Manado/Palu/Gorontalo: http://www.pln.co.id/suluttenggo/?p=1219
17. Ambon/Ternate/Tual: http://www.pln.co.id/maluku/?p=744
18. Kupang/Ende: http://www.pln.co.id/ntt/?p=553
19. Mataram/Sumbawa/Bima: http://www.pln.co.id/ntb/?p=1743


11:27 | 0 comments | Read More

Mensos: Narkoba Lebih Mengerikan dari Terorisme

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Friday, April 15, 2016 | 09:21



Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahaya narkoba jauh lebih mengerikan dari pada terorisme, karena dalam sehari 40 orang pecandu meninggal dunia.
“Kita sudah menyatakan bahwa Indonesia darurat narkoba, sekarang kita lebih darurat lagi karena seluruh profesi dan usia disasar,” kata Khofifah di Yogyakarta, sebagaimana dikutip Antara, Kamis (14/04/2016).
Pada peresmian Pusat Informasi dan Edukasi (PIE) Napza di Panti Parmadi Putra Yogyakarta, Khofifah menjelaskan keberadaan PIE tersebut sebagai wadah untuk memberi informasi pengetahuan dan kesadaran bagi masyarakat agar tidak menyalahgunakan napza.
PIE napza tahun ini akan dibangun enam unit tiga diantaranya sudah diresmikan yaitu di Malang, Mataram dan Yogyakarta.
“PIE penting karena kalau hanya penindakan akan banyak korban. Diharapkan anak-anak didik bisa belajar disini, tokoh agama juga supaya mengenali bahaya dan varian napza baru,” tambah dia.
Dia meminta para guru untuk mengajak murid-murid agar berkunjung dan mengenal bahaya narkoba sehingga tidak akan mencoba mengkonsumsi. Begitu juga dengan tokoh agama untuk mengajak jamaahnya belajar di PIE tentang bahaya narkoba.
“PIE Ini upaya kita untuk melakukan pencegahan sedini mungkin. Karena sudah dimulai sejak usia dini,” tambah dia.
Menurut Khofifah bandar narkoba sudah menyasar anak-anak usia dini untuk mengkonsumsi narkoba dengan berbagai modus misalnya melalui permen.
Pemerintah sejak 2015 menargetkan merehabilitasi 100.000 korban penyalahgunaan narkotika dan Kementerian Sosial berperan merehabilitasi 10.000.
Namun sejak dilaksanakan, jumlah yang direhab sebanyak 15.000 dan dilakukan penjangkauan oleh Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) kepada lebih dari 6.000 korban.* (Hidayatullah)
09:21 | 0 comments | Read More

Sahabat Mentari Aslama Aulia dari SMAN 1 Sukaresmi Lolos ke Olimpiade Sains Tingkat Nasional di Palembang

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Tuesday, April 12, 2016 | 19:35

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Muslim yang taat dan Berprestasi!!! itulah dambaan setiap Orang Tua. Karena di zaman yang penuh persaingan ini, setiap Muslim dituntut untuk taat sekaligus berprestasi agar bisa bersaing dalam segala bidang.

Sahabat Mentari, Admin baru saja mendapatkan kabar yang sangat menggembirakan bahwa salah seorang Sahabat kita yaitu Aslama Aulia dari SMAN 1 Sukaresmi lolos ke Olimpiade Sains tingkat Nasional untuk Bidang Studi Biologi di Palembang Sumatera Selatan yang akan diselenggarakan tanggal 15-21 Mei 2016 nanti.

Dari link Google Drive yang Admin dapatkan terlihat bahwa Aslama Aulia berada dalam Daftar Peserta Olimpiade Sains Nasional Tahun 2016 Bidang Studi Biologi.

Pastinya Orang Tua, Teman dan Pihak Sekolah sangat bangga dengan Siswa yang berprestasi. Semoga Asla (Panggilan Aslama Aulia) bisa terus berprestasi dan mengukir setinggi-tingginya, Aamiin Ya Rabbal 'Alamien.

Ayo siapa yang mau nyusul Asla? ^_^

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

19:35 | 0 comments | Read More

Perang Shiffin: Membaca Konflik antara Ali dan Muawiyah

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Tuesday, April 5, 2016 | 20:24


Konflik politik dan perebutan kekuasaan kerap kita jumpai dalam catatan peradaban manusia. Tidak terkecuali dalam sejarah peradaban Islam.

Bahkan, gejala semacam itu sudah ada sejak era para sahabat yang merupakan generasi terbaik sepanjang perjalanan dunia Islam.

Perseteruan politik antara Ali bin Abi Thalib RA dan Muawiyah bin Abi Sufyan pada pengujung periode pemerintahan Khulafa Rasyidun menimbulkan sejumlah perang saudara. Di antaranya yang paling terkenal adalah Pertempuran Shiffin yang terjadi pada 37 Hijriah atau hanya berselang 25 tahun pascawafatnya Rasulullah SAW.

Catatan tersebut menunjukkan, konflik berdarah yang melibatkan sesama Muslim sudah ditemukan pada masa-masa permulaan Islam. Benih-benih perpecahan di kalangan umat Islam pada era sahabat semakin berkembang sejak terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan RA di tangan kaum pemberontak pada 17 Juni 656 (18 Dzulhijjah 35 H).

Ali yang kemudian dipilih menjadi khalifah pengganti Utsman, menghadapi situasi negara yang tidak stabil lantaran adanya perlawanan dari beberapa kelompok, termasuk dari Muawiyah yang ketika itu menjabat sebagai gubernur Syam (Suriah).

Muawiyah yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Utsman, menginginkan supaya pembunuh Utsman diadili. Namun, Muawiyah menganggap Ali tidak memiliki niat untuk melakukan hal tersebut, sehingga gubernur Suriah itu pun memberontak terhadap sang khalifah. Menanggapi pemberontakan Muawiyah, langkah pertama yang diambil Ali adalah mencoba menyelesaikan masalah secara damai, yakni dengan mengirimkan utusannya ke Suriah.

“Proses negosiasi tersebut tidak membuahkan hasil, sehingga Ali pun memutuskan untuk memadamkan pemberontakan Muawiyah lewat  jalan perang,” tulis pengamat sejarah Islam asal India, Akramulla Syed, dalam artikelnya, The Battle of Islam at Siffin.

Untuk menghadapi Muawiyah, Khalifah Ali mengirim pasukan sebanyak 90 ribu tentara ke Syam yang dibagi menjadi tujuh unit. Sementara, Muawiyah yang didukung oleh 120 ribu prajurit juga membagi pasukannya menjadi tujuh kelompok. Ketika pasukan Ali dan Muawiyah bertemu di wilayah Shiffin, kedua pihak langsung mengambil posisi siaga. Namun, sebelum berperang, kedua kubu terlebih dulu mengirim utusannya masing-masing untuk melakukan perundingan, dengan harapan pertempuran bisa dihindari.

Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah menyebutkan, Abu Muslim al-Khaulani beserta beberapa orang mendatangi Muawiyah dan mengatakan, “Apakah engkau menentang Ali?” Muawiyah lantas menjawab, “Tidak, demi Allah. Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui bahwa dia lebih utama dariku dan lebih berhak memegang khilafah daripada aku. Akan tetapi, seperti yang kalian ketahui Utsman terbunuh dalam keadaan terzalimi, sedangkan aku adalah sepupunya yang berhak meminta keadilan. Katakan kepada Ali, serahkan para pembunuh Utsman kepadaku dan aku akan tunduk kepadanya.”

Namun, Ali tetap tidak mau mengabulkan permintaan Muawiyah tersebut atas pertimbangan kemaslahatan.
Negosiasi kembali menemui jalan buntu, sehingga perang pun tak terelakkan lagi. Kontak senjata yang paling sengit antara kubu Ali dan Muawiyah berlangsung di tebing Sungai Furat selama tiga hari, yakni dari 26-28 Juli 657 (9-11 Safar 37 H).

Pertempuran inilah yang di kemudian hari dikenal dengan Perang Shiffin.Sejumlah sahabat yang memimpin pasukan di pihak Ali antara lain adalah Malik al-Ashtar, Abdullah Ibnu Abbas, Ammar bin Yasir, dan Khuzaimah bin Tsabit. Sementara, pasukan Muawiyah diperkuat oleh Amr bin Ash dan Walid bin Uqbah.

Pertempuran sengit yang berkecamuk sepanjang hari menyebabkan banyaknya korban yang berjatuhan di kedua belah pihak, terutama di kubu Muawiyah.

Kendati demikian, Ali juga kehilangan beberapa sahabat terkemuka Rasulullah SAW yang ikut mendukungnya dalam perang tersebut. Di antara mereka adalah Hasyim bin Utba dan Ammar Yasir.Riwayat mengenai jumlah pasukan yang terbunuh di kedua belah pihak berbeda satu sama lain.

Kendati demikian, sejarawan klasik asal Inggris, Gibbon Edward dalam bukunya The History of the Decline and Fall of the Roman Empire menuturkan, jumlah tentara yang tewas di kubu Ali diperkirakan sebanyak 25 ribu orang, sedangkan di pihak Muawiyah mencapai 45 ribu orang.

Terbunuhnya Ammar bin Yasir membuat kubu Ali dan Muawiyah merasa terguncang, sehingga keduanya pun sepakat untuk berdamai. Mereka juga mengkhawatirkan wilayah perbatasan yang sedang lemah dan bisa diserang kapan saja oleh pasukan Persia dan Romawi Timur (Byzantium).

Pertempuran Shiffin berakhir imbang. Perjanjian damai antara Ali dan Muawiyah dibuat berdasarkan Alquran dan Sunnah. Adapun juru runding dari pihak Ali adalah Abu Musa al-Asy’ari, sedangkan dari kubu Muawiyah adalah Amr bin Ash.

Selang beberapa tahun setelah perundingan tersebut, kelompok yang merasa tidak puas dengan Ali merencanakan pembunuhan terhadap sang khalifah. Sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW itu akhirnya wafat pada 21 Ramadhan 40 H setelah diserang oleh seorang Khawarij bernama Abdurrahman ibn Muljam.

Air mata Muawiyah untuk Ali Muhammad Asy-Syallabi dalam bukunya Muawiyah bin Abu Sufyan mengisahkan, saat mendengar kabar tentang kematian Ali, Muawiyah pun menangis. Istrinya lantas menanyakan mengapa pendiri Dinasti Umayyah itu menagisi orang yang dulu pernah memeranginya. Muawiyah menjawab, “Kamu sebaiknya diam saja. Kamu tidak mengetahui berapa banyak manusia kehilangan keutamaan, fikih, dan ilmu karena kematiannya (Ali).”

Setelah kematian Ali bin Abi Thalib, kekuasaan kekhalifahan diberikan kepada putra tertua Ali yaitu Hasan.
Namun, perseteruan antara keluarga Muawiyah dan Ali ternyata kembali berlanjut. Hasan hanya memerintah beberapa bulan sebelum akhirnya dia membuat perjanjian damai dan menyerahkan kekhalifahan kepada Muawiyah pada 661.
Sejak itulah Bani Umayyah resmi menguasai peradaban Islam. 

Sumber: Republika.co.id
20:24 | 0 comments | Read More

Untuk Orang Tua: Akil Baligh Anak Kita Harus Bisa Mandiri


Perubahan biologis manusia bukan semata karena perkembangan yang terjadi secara alami dalam tubuh. Tapi juga merupakan rangkaian tahapan kesiapan untuk menghadapi tantangan kehidupan.
Hal itu disampaikan oleh Budi Ashari, Lc. dalam acara Seminar Nasional Pendidikan II yang diadakan di aula Cut Nyak Dien, Bumi Perkemahan dan Graha Wisata (Buperta) Cibubur Jakarta, Ahad, 25 Jumadil Akhir 1437 H (03/04/2016).
Menurut pendiri Kuttab al-Fatih tersebut, proses perjalanan itu memasuki tahap penting ketika mulai memasuki tahap bulughatau akil baligh. Sebab di sana segala sesuatu itu mulai tampak dan berkembang.
“Seorang yang akil baligh dan sudah di masa siap nikah, sharusnya memiliki kemampuan mengelola harta, menyimpan, dan mengembangkannya,” ucap Budi sambil mengurai penjelasan QS. An-Nisa [4]: 6.
“Tidak seperti sebagian pemuda zaman ini, semua urusan bahkan setelah pernikahan masih ditanggung oleh orang tua,” lanjut Budi.
Di hadapan 300 orang peserta seminar, pria yang juga sering tampil di televisi tersebut mengingatkan dampak lebih jauh dari ketiadaan kesiapan memasuki tahap krusial tersebut.
Yaitu melahirkan pemimpin-pemimpin yang berjiwa labil. Mereka biasanya tak punya orientasi kepemimpinan serta tidak tegas dalam mengambil keputusan.
Untuk itu, kata Budi Ashari, setiap fase pertumbuhan anak harus diperhatikan bukan hanya secara biologis tapi juga secara fisik dan perkembangan kejiwaan untuk menghadapi tantangan kehidupan.
“Anak-anak sekarang pertumbuhannya tidak normal, mereka baligh secara fisik tapi tidak secara psikologis,” ungkap ustadz yang giat memasarkan Parenting Nabawiyah ini.
Dalam seminar parenting yang mengusung tema “Membumikan Pendidikan Langit” tersebut, Budi Ashari juga menjelaskan kewajiban orang tua terkait hobi atau kecenderungan anak.
Disebutkan, kecenderungan bakat itu biasanya terlihat sejak ia mulai baligh. Namun sebelumnya orang tua wajib mengajari pendidikan dasar agama terlebih dahulu.
Mulai dari bacaan al-Qur’an yang benar, menjalankan ibadah-ibadah wajib dan memahami adab-adab muamalah dengan baik.
“Jadi pengembangan bakat itu harus sejalan dengan pengetahuan agama yang sudah lebih dahulu dipahami dan dikuasai oleh anak,” terang ustadz Budi sambil menerangkan penjelasan karya Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, Tuhfatul Mauduud bi Ahkaamil Mauluud.
Terakhir, Budi Ashari memberikan nasihat kepada seluruh orang tua untuk giat mengkaji al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Menurutnya, teori pendidikan Barat itu masih berputar-putar sedang sumber ilmu Islam sudah jelas terbukti dan tidak lapuk dimakan zaman.
”Pendidikan Barat dan pendidikan Islam itu sama dengan penelitian yang tidak pernah selesai, hanya berputar-putar dengan pendidiakn wahyu dari langit,” pungkas Budi Ashari.
Seminar yang sama juga menghadirkan pemateri, Endang Hermawan, Lc, anggota Dewan Syariah Kuttab al-Fatih Jakarta.
Endang menjelaskan beberapa tahapan penting pendidikan anak sebelum ia memasuki usiabaligh. Mulai dari fase radha’ah (menyusui), hadhanah (pengasuhan) hingga masa tamyiz (akil baligh).
Sumber: Hidayatullah.com
17:54 | 0 comments | Read More