Powered by Blogger.

Menggunakan Kerudung Tetapi Memperlihatkan Lekuk Tubuh Kepada Lawan Jenis?

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Monday, January 23, 2017 | 22:54

Jilbab adalah Sejenis baju yang lapang dan longgar untuk menutup kepala, muka dan dada, selain itu Jilbab juga secara Syariat mempunyai tujuan sebagai kontrol sosial (mudah dikenal dan tidak diganggu).

Akan tetapi sekarang ini muncul beraneka ragam jenis cara Muslimah menggunakan Kerudung dan untuk kalangan muda lebih dikenal dengan Jilbab Gaul. Yang mana hal tersebut lahir sebagai ekspresi kawula muda yang ingin membuat kebebasan berpakaian.

Banyak Muslimah yang tidak mau ketinggalan zaman alias tidak mau disebut kurang pergaulan. Oleh karena itu, tidak sedikit yang menggunakan Tutup Kepala alias Kerudung akan tetapi memperlihat lekuk tubuh mereka kepada Non Mahrom (Terutama Lelaki Baligh). Padahal dengan memperlihatkan lekuk tubuh, apalagi untuk menarik lawan jenis yang mana seharusnya ditutupi dengan Jilbab dan Pakaian yang lapang dan lebar maka sesungguhnya Muslimah tersebut telah berbuat sesuatu yang dilarang Syariat Islam:


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

نِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلَاتٌ مُمِيلَاتٌ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَرِيحُهَا يُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ خَمْسِ مِائَةِ عَامٍ

“Wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, yang berjalan berlenggak-lenggok guna membuat manusia memandangnya, mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mendapati aromanya. Padahal aroma Surga bisa dicium dari jarak 500 tahun.” (HR. Malik dalam al-Muwaththa’ riwayat Yahya Al Laits, no. 1624)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

“Ada 2 golongan dari penduduk Neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)

Jika menggunakan Jilbab tidak lagi sesuai Syariat, maka Jilbab tak berfungsi  lagi sebagai pelindung wanita dari godaan laki-laki. Dan ketika Jilbab tidak lagi jadi pelindung bagi Muslimah maka bisa yang terjadi adalah lawan jenis dibangkitkan Syahwatnya. Apalagi jika Muslimah tersebut ketika berinteraksi tidak mempunyai Hijab seperti biasa Cipika-Cipiki dan interaksi antara Laki-laki dan Wanita yang dilarang Syariat yang melibatkan kontak tubuh, Astaghfirullahal Adzim.

Padahal dalam Al-Qur'an Surat Al-Azhab Ayat 59 sudah jelas bahwa para Muslimah itu disuruh menutup auratnya oleh Allah SWT agar  mereka tidak diganggu dan mudah dikenali sebagai seorang Muslim.

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Artinya: Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Oleh: Admin YPR Mentari Cianjur
22:54 | 0 comments | Read More

Ustadz Bahctiar Nasir Resmikan Koperasi Syariah dan Channel 212

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Friday, January 20, 2017 | 16:44


Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI), Bachtiar Nasir, meresmikan Koperasi Syariah 212. Selain itu, ia turut meresmikan Channel 212 yang diniatkan menjadi media infromasi dan komunikasi umat Islam.

Sebelum meresmikan, Bachtiar mengungkapkan harapan agar kehadiran Koperasi Syariah 212 dan Channel 212, dapat menjadi sebuah wadah silaturahim umat Islam. Selain itu, dia berharap, kehadiran Koperasi Syariah 212 secara khusus, dapat menjadi sarana mewujudkan kekuatan umat di bidang ekonomi.

"Kita resmikan dengan mengucap Bismillahi Allahu Akbar," kata Bachtiar di Al Hambra Masjid Andalusia STEI Tazkia, Jum'at (20/1).

Bachtiar Nasir didampingi Ketua Koperasi Syariah 212 Syafii Antonio, Bendahara Koperasi Syariah Ahmad Juwaini dan Wakil Ketua GNPF-MUI Bachtiar Nasir. Selain itu, peresmian dihadiri ribuatn umat Islam yang hendak mendaftarkan diri secara resmi di Koperasi Syariah 212. (Republika)
16:44 | 0 comments | Read More

Pasangan Suami-Istri Malaysia Berangkat Umrah dengan Sepeda Onthel

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Monday, January 16, 2017 | 17:10

Pasangan suami isteri Melayu kompak melakukan perjalanan menunaikan ibadah umrah dengan mengayuh sepeda pancal, bakal mencapai hajat mereka segera setelah mengembara sembilan bulan lamanya.


Warga Malaysia — Ahmad Mohd Isa (27 tahun) dan istrinya Noradilah Mohd Sapie (28 tahun)– memilih untuk mengayuh kendaraan roda dua ke tanah suci.

Sebelumnya, pasangan itu dilaporkan nekat menantang kemampuan mereka melakukan ekspedisi bersepeda  bertajuk ‘Kembara Memburu Hikmah’ (KMH), dengan mengayuh sepeda dari Malaysia ke Makkah sejauh 17.000 kilometer.

Ahmad Mohd Isa dan istrinya Noradilah Mohd Sapie ketika di Khazakhstan

Setelah bertolak dari Malaysia, mereka harus melintasi 13 negara lain dalam waktu hamper setahun, yaitu; Thailand, Myanmar, India, Nepal, Pakistan, China, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Uzbekistan, Afghanistan, Iran, UEA, sebelum akhirnya menjejakkan kaki ke Arab Saudi sebagai negara ke-13.

Dalam wawancara melalui kiriman email dengan Mediacorp Singapura, pasangan itu mengatakan bahwa mereka kini sudah berada di Afghanistan, negara ke-11 dari 12 negara yang harus dilalui. Ini berarti tinggal lagi 1 negara harus direntasi sebelum tiba di Arab Saudi.

“Alhamdulillah, selama 27 hari kami di Uzbekistan yaitu dari 11 Desember 2016 hingga 6 Januari 2017, sekarang kami sudah berada di Afghanistan. Insya Allah, sesuai rencana kami, perjalanan berikutnya (sesuai urutan) adalah Iran, Emirat Arab dan Arab Saudi, “kata mereka dikutip Mediacorp, Rabu (11/01/2017).

Menurut Ahmad dan Noradilah, tantangan besar yang mereka lalui sepanjang petualangan itu adalah masalah komunikasi dengan masyarakat di suatu negara.

“Bahasa yang mereka tuturkan seperti Urdu, Uighur, Persia dan bahasa lokal lainnya tidak dapat diterjemahkan menggunakan setiap aplikasi di internet.

“Mereka pula sebagian besar tidak memahami bahasa Inggris atau Arab. Maka ini menyulitkan komunikasi antara kami untuk saling bertukar pandangan, “ujar pasangan itu memberitahu.

Bersepeda di Musim Salju

Sungguhpun begitu, pengalaman yang diraih ada juga yang memberi kesan mendalam kepada pasangan yang memang ‘kaki sepeda’ dan membesar dengan bersepeda dari zaman sekolah sampai universitas.

Di halaman Facebook KMH, pasangan itu berbagi “pengalaman hebat” ketika bersepeda di musim salju di Kazakhstan – dengan mengupload video – karena itulah kali pertama mereka bergelimang dengan salju!

Ternyata tidak mudah karena mereka beberapa kali tergelincir. Namun menurut pasangan berkenaan itu “membuat hati mereka semakin kental untuk melanjutkan perjalanan”.

Makanan tak Terputus

Selain itu layanan baik yang diterima cukup membuat mereka tersentuh.

“Berbagai bentuk layanan dan bantuan yang di luar harapan kami terima dari insan-insan berhati mulia sepanjang perjalanan ini dan semuanya membuat kami tersentuh.

“Sejak memasuki negara-negara ‘STAN’ (Pakistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Uzbekistan, Afghanistan, Kazakhstan), rezeki dalam bentuk makanan tidak putus-putus. Kami tidak sempat untuk merasa lapar.  Setiap kali diundang makan, makanan penuh terhidang atas meja, “ kata mereka, menjelaskan adat budaya warga yang memanjakan para tamu dengan berbagai jenis hidangan.

“Semoga Allah merahmati hidup mereka yang memberikan bantuan, dukungan dan mendoakan kami apakah kami tahu atau tidak. Setiap kebaikan itu ada balasan dan rahmat di sisiNya.”

Sujud Syukur depan Ka’bah

Setelah sekitar sembilan bulan perjalanan mereka, yaitu sejak April 2016, kini Noradilah dan suaminya semakin hampir ke tujuan utama, yang diidam-idamkan setelah sekian lama.

Kedatangan mereka di Makkah nanti pasti menjadi satu momen bersejarah dalam hidup mereka dan tidak ada tandingannya.

Setelah menjejakkan kaki di Makkah, hal pertama yang ingin dilakukan adalah “bersujud syukur di hadapan Ka’bah”.

Ahmad dan Noradilah berharap berada di Makkah menunaikan umrah selama dua minggu sebelum pulang ke pangkuan keluarga tercinta di Malaysia.

“Kami rindu sekali menginjakkan kaki ke tanah air sendiri setelah ke tanah suci Makkah dan Madinah. Selain itu kami juga rindu ingin mendekap kedua orang tua kami yang tidak putus-putus mendoakan perjalanan kami agar selalu lancar dan aman, ” ujarnya.

Selain melakukan misi kemanusiaan di setiap negara yang dijelajah, pasangan suami istri itu turut membawa tantangan merekam data terkait sejarah, budaya dan kehidupan masyarakat Islam.*

Sumber: Hidayatullah.com
17:10 | 0 comments | Read More

Kapolsek Pacet: Kesadaran Berkendara di Cipanas – Pacet Cianjur Masih Minim

Kesadaran keselamatan berkendara di Kecamatan Cipanas dan Pacet masih minim. Pasalnya banyak pengendara yang melintas di sana belum nampak menggunakan alat keselamatan saat berkendara seperti helm.
Para pelanggar yang didominasi oleh pelajar ini juga membuat Polsek Pacet merasa prihatin. Untuk itu jajaran polisi yang bertugas kerap melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah guna meningkatkan kesadaran berkendara.
Kapolsek Pacet, Kompol Pardianto menyebutkan, hal ini dipicu oleh ketidak tahuan masyarakat mengenai bahayanya berkendara tanpa alat keselamatan dan bekal lainnya. Oleh karena itu pihaknya antusias untuk memberikan kesadaran terhadap warga.
”Para pengendara khususnya pelajar memang masih banyak yang belum atau jauh dari standar berkendara menggunakan sepeda motor. Dari sana kami bergerak menyusuri sekolah-sekolah untuk memberikan pengetahuan kepada mereka,” sebutnya.
Kata Pardianto, tak sedikit pelajar yang melanggar aturan berlalu lintas itu ditindak saat berhadapan dengan petugas secara langsung.
”Bahkan sosialisasi ini tak hanya terjadi di sekolah-sekolah. Melainkan di jalanan langsung jika kedapatan ada pelajar yang tak mengikuti aturan,” ujarnya.
Berdasarkan catatannya, di Cipanas dan Pacet sebagian besar angka kecelakaan lalu lintas yang terjadi dipicu oleh minimnya alat kelengkapan berkendara. Lalu tak sedikit dari jumlah korban yang meninggal dunia juga dari kalangan pelajar.
”Tidak sedikit korban kecelakaan itu pelajar, dan tidak mematuhi aturan berlalu lintas. Ke depan kami akan berupaya untuk mengurangi angka tersebut melalui sosialisasi kepada masyarakat khususnya pelajar,” pungkasnya.
Sumber: jabar.pojoksatu.id/cianjur
16:55 | 0 comments | Read More

Gubernur Jawa Barat Minta Guru Berhenti Merokok

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Wednesday, January 11, 2017 | 05:58


Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengimbau guru-guru untuk tidak lagi merokok. Guru disebut sebagai panutan yang harus mencontohkan perilaku baik bagi generasi bangsa.

"Saya berharap tidak ada guru yang merokok. Bagaimana mungkin kita menghadirkan generasi hebat kalau kita enggak bisa menyontohkan yang baik," kata Heryawan yang disambut tepuk tangan guru dalam Rapat Koordinasi Pengelolaan SMA/SMK se-Jawa Barat di Pusdai Jawa Barat, Kota Bandung, Selasa (10/1).

Menurut Gubernur yang akrab disapa Aher ini, semua sudah tahu dampak buruk dari merokok. Jika guru menampilkannya depan murid-murid maka rentan ditiru padahal siswa adalah calon generasi penerus bangsa. Imbauan ini, Aher mengatakan menjadi upaya untuk mewujudkan sekolah yang lebih unggul ke depannya dengan menjauhkan budaya buruk dari siswa.

Aher menilai jika guru masih merokok sama dengan pengkhianatan terhadap profesi. Karena guru adalah tenaga pendidik yang memberi teladan. "Sebab kalau masih (merokok), sama dengan mengkhianati profesi kita. Kita menghianati profesi pendidik," ujarnya.

Namun, kata dia, jika tidak bisa sama sekali menghilangkan kebiasaan merokok secara penuh maka diharapkan menghentikan sementara jika di sekolah agar tidak dilihat siswa. Diharapkan dengan demikian bisa menjadi stimulus untuk berhenti secara permanen. (Republika)
05:58 | 0 comments | Read More

Live Nasyid Izzatul Islam - Doa Rabithah di Aksi Bela Islam #212

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Friday, January 6, 2017 | 10:41

Sudah sebulan lebih Aksi Bela Islam #212 (2 Desember 2016) berlalu, dimana tujuannya menuntut agar sang Penista Agama dihukum. Walaupun sudah lewat, tetap saja masih berbekas di kalangan Umat Islam yang cinta agamanya tetap mulia.

Untuk tetap menjaga semangat persatuan Umat Islam, mari kita dengarkan Live Nasyid yang sangat Syahdu dari Izzatul Islam yang berjudul Doa Rabithah

 

Lirik Doa Rabithah
bahwa hati ini telah berpadu
berhimpun dalam naungan cintaMu
bertemu dalam ketaatan
bersatu dalam perjuangan
menegakkan syariat dalam kehidupan

Kuatkanlah ikatannya
kekalkanlah cintanya
tunjukilah jalan-jalannya
terangilah dengan cahayamu
yang tiada pernah padam
Ya Rabbi bimbinglah kami

Lapangkanlah dada kami
dengan karunia iman
dan indahnya tawakal padaMu
hidupkan dengan ma’rifatMu
matikan dalam syahid di jalan Mu
Engkaulah pelindung dan pembela

10:41 | 0 comments | Read More

Hukum Menggunakan JIPON (Jilbab Poni)

JIPON

Istilah Jipon merupakan kepanjangannya dari “Jilbab Poni“. Yap. Memakai kerudung, tetapi menampakkan rambutnya. Baik sedikit, maupun banyak. Kerudung jipon ini, kini mulai trend dikalangan anak muda. Biasanya kerudung model ini sering kali di modifikasi dengan celana jeans pensil atau legging. Haduh trend jaman sekarang itu emang sudah keluar dari syari’at islam.

“Kenapa melanggar syari’at islam? Yang penting kan sudah berkerudung!”

What? Iya sih sudah berkerudung. Namun, rambut atau poni ini juga termasuk ke dalam kategori aurat lho. Kalau sengaja dikeluarin supaya terlihat cantik atau sebagainya, maka haram lah hukumnya memakai kerudung model jipon ini. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW bahwa yang boleh terlihat dari wanita hanyalah wajah dan telapak tangan.

Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu‘anha, beliau berkata:

أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ دَخَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهَا ثِيَابٌ رِقَاقٌ فَأَعْرَضَ عَنْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ

Asma’ binti Abu Bakar pernah menemui Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam dengan memakai pakaian yang tipis. Maka Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam pun berpaling darinya dan bersabda, “wahai Asma’, sesungguhnya seorang wanita itu jika sudah haidh (sudah baligh), tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali ini dan ini”, beliau menunjuk wajahnya dan kedua telapak tangannya. (HR. Abu Daud 4140, dalam Al Irwa [6/203] Al Albani berkata: “hasan dengan keseluruhan jalannya”)

Betul apa yang telah beliau katakan tentang batasan aurat wanita. Jilbab poni alias jipon ini memang telah melanggar syari’at islam. Untuk itu, kawan hijab wajib menghindari dari pemakaian kerudung model ini, Pakailah pakaian yang telah ditetapkan oleh Allah SWT supaya terhindar dari hal-hal yang keji.

Sumber: hijabfeeedx.wordpress.com
09:42 | 1 comments | Read More

Akhir Zaman, Ditandai Memburu Dunia dan Menjual Akhirat

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Thursday, January 5, 2017 | 17:06

Ulama Su' (Ulama yang menjadikan Ilmunya untuk mencari kepentingan Dunia)

Dari Abu Hurairahra, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda:

يَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ رِجَالٌ يَخْتِلُوْنَ الدُّنْيَا بِالدِّينِ يَلْبَسُوْنَ لِلنَّاسِ جُلُوْدَ الضَّأْنِ مِنَ اللِّينِ، أَلْسِنَتُهُمْ أَحْلَى مِنَ السُّكَّرِ، وَقُلُوْبُهُمْ قُلُوْبُ الذِّئَابِ، يَقُوْلُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَبِي يَغْتَرُّوْنَ، أَمْ عَلَيَّ يَجْتَرِئُوْنَ؟ فَبِي حَلَفْتُ لَأَبْعَثَنَّ عَلَى أُولَئِكَ مِنْهُمْ فِتْنَةً تَدَعُ الحَلِيْمَ مِنْهُمْ حَيْرَانًا

“Akan keluar di akhir zaman nanti beberapa orang yang mencari dunia dengan amalan din, mereka mengenakan pakaian di tengah-tengah manusia dengan kulit kambing yang lembut, lisan mereka lebih manis dari pada gula, tetapi hati mereka adalah hati srigala. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman, “Apakah terhadap-Ku mereka berani menipu ataukah mereka berani melawan Aku? Maka dengan Kebesaran-Ku, Aku bersumpah, Aku benar-benar akan mengirim kepada mereka fitnah yang mengakibatkan ulama yang teguh hati pun menjadi bingung.” [HR.At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, Kitab Az-Zuhd, no. 2515]

Hadits ini, jika ditinjau dari semua jalan periwayatannya maka termasuk hadits dha‘if (lemah), akan tetapi masing-masing darinya menguatkan yang lain. At-Tirmidzi menetapkan bahwa hadits Ibnu Umar rhuma itu berderajat hasan.Al-Mundziri menukilkan penetapan hasan oleh At-Tirmidzi ini dan mengakui kebenarannya. Oleh karena itulah kedudukan hadits-hadits ini adalah hasan li ghairihi atau dha‘if yang dikuatkan.

Bersegera beramal sebelum datangnya fitnah

Rasulullah Shalalalahu ‘Alaihi Wassallam menggambarkan bahwa fitnah akhir zaman itu bagai sepotong malam yang gelap. Seperti bila kita berada di tengah hutan pada waktu malam, tanpa lampu penerang, tanpa rembulan dan bintang, bahkan sekedar cahaya kunang-kunang.Kegelapan yang membuat seseorang bahkan tidak mampu untuk melihat tangannya sendiri, apalagi benda-benda di sekitarnya.

Kondisi hidup yang semacam ini sangat berpotensi untuk menggelincirkan siapapun.Efek fatal fitnah yang gulita ini dapat membuat seorang yang di pagi hari masih beriman namun di sore hari menjadi kafir.Atau di sore hari beriman namun pada pagi harinya kafir.

Karenanya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam memerintahkan agar seorang hamba tidak menunda kebaikan dan amal shalih yang dapat dikerjakannya:

Bersegeralah kalian melakukan amal shalih sebelum datangnya berbagai fitnah yang seperti potongan-potongan malam yang gelap gulita.Pada waktu pagi seorang masih beriman, tetapi di sore hari sudah menjadi kafir; dan pada waktu sore hari seseorang masih beriman, kemudian di pagi harinya sudah menjadi kafir.Dia menjual agamanya dengan sekeping dunia” HR. Muslim no. 169, Tirmidzi no. 2121, dan Ahmad no. 7687.]

Fenomena Penjual Agama di akhir zaman

Nubuwat  tentang  keharusan untuk bersegera beramal shalih mengisyaratkan tentang datangnya masa di mana manusia akan dengan sangat mudah menjual agamanya dengan dunia. Fenomena ulama su’ adalah gambaran yang paling mewakili kondisi di atas.Iming-iming harta, tahta, wanita dan popularitas dunia telah banyak menggelincirkan para ulama su’.Di antara mereka ada yang berkedok sebagai ilmuan atau cendekiawan muslim, padahal sejatinya adalah para pengasong agama yang profesinya sebagai tukang permak ayat dan hadits sesuai tuntutan dan selera tuan besarnya. Ada juga yang awalnya da’I atau mubaligh yang proses kemunculannya melalui semacam Audisi atau ajang pencarian bakat.  Mereka tiba-tiba tenar karena skenario opera pemilik industri media. Niat berdakwah sudah bergeser. Perannya di masyarakat bukan lagi sebagai pembimbing  umat, namun sudah selevel dengan para selebritis papan atas; penghibur dan menjadi tontonan yang mengasyikkan, yang setiap kali manggung ada tawar-menawar tarif. Moment Ramadhan menjadi ladang yang menggiurkan. Da’i-da’i selebritis ini melihat peluang yang besar untuk meraup keuntungan. Sebab, saat semacam itu media televisi memang berlomba untuk menaikkan rating iklannya dengan acara-acara hiburan yang berbau spiritual. Dan mereka akan menjadi tokoh utamanya.

Namun ada juga yang memang dari awal sudah didesain oleh suatu kelompok atau lembaga tertentu agar tokoh tersebut menjadi mascot produknya. Dengan bekal gelar doktor atau pakar ahli, para tokoh itu dengan sangat mudah untuk melegalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Menebar fitnah, memusuhi pembela syariah dan tiada henti menyesatkan manusia dari jalan Allah telah pekerjaan pokoknya.Tentu saja dengan imbalan dan bayaran yang sangat menggiurkan.

Bahkan para ulama jujurpun dibuatnya bingung

Dr. Al-Mubayyadh mengomentari hadits di atas; “Hadits ini menunjukkan sekelompok manusia yang menampakkan dirinya sebagai ahli badah, zuhud, dan lembut tutur katanya serta menyenangkan. Padahal mereka ini pada hakikatnya pencari dunia. Dunia adalah cita-cita terbesar mereka atau menjadi sesembahan mereka yang pertama.

Keadaan lahiriah mereka berlawanan dengan kondisi bathiniyah mereka.Hati mereka menyelisih lisan mereka. Mereka mencari dunia dengan mengerjakan amalan akhirat. Kelompok manusia seperti inilah yang menjadi penyebab fitnah di masyarakat.Fitnah apalagi yang lebih besar daripada orang-orang yang tampak sebagai ahli ibadah secarala hiriah, atau tampak sebagai pencari akhirat dalam pandangan orang, tetapi mereka sebenarnya adalah penyembah dunia? Arahan yang benar (menurut mereka) macam apakah yang akan didapatkan masyarakat umum dari orang-orang seperti ini?[1]

Hadits ini juga mengisyaratkan bahwa adanya kelompok manusia berhati srigala ini di tengah masyarakat merupakan sebab utama terjatuhnya masyarakat kedalam fitnah yang menyesatkan. Saking gelap dan dahsyatnya fitnah itu sehingga menjadikan orang yang paling pantas mengetahui kebenaran pun menjadi bingung dalam mengurusi urusannya.

Jika para ulama dan orang jujur saja dibuat bingung menghadapi fenomena itu, lalu bagaimana dengan kita yang awam? Semoga Allah menyelamatkan kita dari fitnahmereka. Wallahua’lam bishshawab.*

Oleh: Abu Fatiah Al-Adnani
Penulis buku-buku akhir zaman

[1] Al-Mausu’ahfilfitanwalmalahimwaasyratussaah.
17:06 | 0 comments | Read More

Jangan Sia-Siakan “Masa SMA”

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Wednesday, January 4, 2017 | 13:45


Oleh: Dr. Adian Husaini
“MASA SMA” biasanya berkisar usia 15-18 tahun. Di Indonesia, program pendidikan masa SMA secara umum dibagi menjadi dua. Pertama, jalur SMU yang menyiapkan siswanya untuk  memasuki jenjang Perguruan Tinggi. Kedua, jalur SMK, yang menyiapkan siswanya untuk siap terjun ke dunia kerja. Di era 1980-an, pemerintah pernah memiliki program Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan (SMPP), yang menggabungkan dua jenis program itu dalam satu sekolah. Saya termasuk salah satu lulusan SMPP, tahun 1984.
Di tahun 1981-1984, atas nasehat orang tua, saya menjalani dua program pendidikan. Di SMPPN Bojonegoro dan di Pesantren al-Rosyid Kendal Bojonegoro. Dari ratusan siswa SMPPN Bojonegoro, hanya dua orang yang nyantri di Pesantren al-Rosyid. Di Pesantren inilah saya sempat belajar dan menamatkan sejumlah “Kitab Kuning”, seperti Matan al-Ajurrumiyah, Ta’limul Muta’allim, al-Amtsilah al-Tashrifiyyah, Uqudul-LujainRiyadhus Shalihin, dan sebagainya.
Disamping itu, saya masih rutin membaca Majalah Panji Masyarakat yang dipimpin Buya Hamka. Sejumlah buku sempat mempengaruhi pola pikir saya, seperti buku Tasauf Modernkarya Buya Hamka, Iman Jalan Menuju Sukses karya KH Najih Ahjat, al-Quran Dasar Tanya Jawab Ilmiah, Biologi Iman, dan sebagainya. Di pesantren ini pula saya mendapat kesempatan belajar hidup mandiri; dilatih hidup tanpa listrik, tidur tanpa kasur dan bantal, serta memasak dan mencuci sendiri. Uang Rp 5 ribu, cukup untuk sebulan.
Lulus dari jenjang SMPP, alhamdulillah, saya mendapatkan kesempatan kuliah tanpa tes ke IPB (Jalur Perintis II), dan ke Jurusuan Pendidikan Fisika IKIP Malang, melalui jalur PMDK.  Hasil istikharah, saya memutuskan kuliah di IPB.  Itu juga amanah sekolah, karena saya satu-satunya wakil SMPP untuk kuliah di IPB.  Seperti melanjutkan pendidikan pesantren, di Kota Bogor ini pula, saya berkesempatan belajar Islam kepada banyak ulama terkenal, seperti KH Abdullah bin Nuh, KH Tubagus Hasan Basri, KH Sholeh Iskandar, KH Didin Hafidhuddin, Ustad Abdurrahman al-Baghdadi, dan sebagainya.
Pengalaman belajar di SMA dan Pesantren itu terjadi lebih dari 30 tahun lalu. Dunia kini sudah banyak berubah. Perkembangan pesat dalam dunia komunikasi, mau tidak mau juga memaksa dunia pendidikan ikut berubah. Satu yang belum banyak berubah adalah “orientasi lulusan SMA”, masih terarah kepada “Perguruan Tinggi Favorit”. Bahwa, tujuan utama belajar di bangku SMA adalah menyiapkan diri untuk bisa kuliah di Perguruan Tinggi favorit.
Di bangku SMA pada umumnya, biasanya para siswa tidak diberikan kajian-kajian pemikiran yang serius tentang peradaban, tentang sejarah, tentang pemikiran Islam, tentang politik, ekonomi, sosial budaya, dan sebagainya. Sebab, para siswa SMA dianggap masih “anak-anak”. Mereka dianggap belum dewasa. Dalam istilah lain, para siswa SMA dimasukkan ke dalam ketegori “Remaja”.
Lazimnya, dalam psikologi, remaja (adolensence) dianggap periode peralihan anak menuju dewasa. Ia tidak mempunyai tempat yang jelas. Anak bukan, dewasa belum. Masa remaja berkisar pada usia 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 pria. (http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/).  Konon pula, menurut pakar Psikologi Perkembangan seperti Hurlock (1990), dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).
Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya pandangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting.” (http://www.psychoshare.com/file-119/psikologi-dewasa/perkembangan-dewasa-awal.html)
Tampak, bahwa konsep remaja itu didasarkan pada penelitian empiris yang sangat tergantung kepada objek penelitian. Padahal, kondisi objek penelitian itu sendiri, ditentukan oleh proses pendidikan yang diterimanya. Jika objek yang diteliti adalah komunitas orang bingung (golongan bingung/golbin), maka kesimpulan yang diraih pun kesimpulan bingung. Coba, yang diteliti adalah anak-anak muda yang sudah mantap iman dan pemikirannya, tentu definisi remaja pun akan berbeda.
Sudah dewasa
Pengkategorian “masa SMA” sebagai masa “remaja” dan “belum dewasa” kini mulai dipertanyakan.  Sebab, begitu memasuki umur  15 tahun, manusia sudah tergolong dewasa.  Adriano Rusfi adalah salah satu psikolog yang dikenal gencar mengkritisi kategorisasi remaja bagi usia SMP-SMA. Beberapa kali saya mendengar paparan beliau. Menurutnya, literatur psikologi abad ke-19 tak mengenal masa remaja (adolescence), karena masa remaja adalah produk abad ke-20 dimana telah lahir generasi dewasa fisik (baligh) namun tak dewasa mental (aqil).
Dengan “legalitas remaja”, seolah-olah anak dibiarkan berlama-lama menjadi anak-anak. Maka, lahirlah generasi yang matang syahwatnya, tetapi tanpa kematangan akal. Karena masih remaja, dan dianggap belum dewasa, maka usia remaja dianggap belum matang, dan masih belum bisa menentukan sikap hidupnya.
Pandangan Adriano Rusfi ini menarik. Sebab, memang tidak jarang muncul kerancuan. Manusia berusia 17 tahun, sudah mampu memperkosa dan membunuh, tetapi dikategorikan status hukumnya sebagai “anak-anak”.  Dalam Islam, jika seorang sudah memasuki tahap ‘baligh’, maka ia sesungguhnya telah dewasa. Ketika itulah seharusnya ia dididik sebagai manusia dewasa. Tentu saja sesuai dengan kondisi usianya.
Dalam UU Perkawinan No 1/1974, batas minimal usia menikah bagi wanita adalah 16 tahun. Batas umur itu mengindikasikan, sepatutnya seorang wanita telah disiapkan jiwa raganya untuk menjadi dewasa. Pendidikan harus mendewasakan dan memandirikan; bukan justru memaksa anak berlama-lama menjadi anak-anak.
Dalam sebuah hadits dari Abdullah bin Umar r.a. disebutkan, bahwa Rasulullah saw memanggil Abdullah bin Umar untuk hadir ke hadapan beliau menjelang Perang Uhud. Ketika itu usia Abdullah 14 tahun. Dan Rasul tidak mengijinkannya ikut berperang. Kemudian Rasulullah saw kembali memanggil Abdullah hadir ke hadapan beliau menjelang Perang Khandaq. Usia Abdullah bin Umar  ketika itu 15 tahun. Rasulullah saw lalu mengijinkan Abdullah berperang.” Nafi’ berkata, “Aku datang kepada Umar bin Abdul Aziz yang merupakan Khalifah pada waktu itu dan menyampaikan riwayat tersebut. Khalifah berkata, “Usia ini (15 tahun) adalah batas antara anak-anak dan dewasa.” Dan beliau perintahkan kepada para gubernur untuk memberikan tunjangan kepada siapa saja yang telah mencapai usia 15 tahun.” (HR Bukhari).
Jadi, berdasarkan pada hadits Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam tersebut, dan juga berbagai fakta sejarah pendidikan, bisa dipahami, bahwa usia 15 tahun adalah masa anak-anak memasuki masa dewasa. Jangan sampai dalam masa usia 15 tahun, para siswa tidak disiapkan jiwa dan raganya agar benar-benar menjadi manusia dewasa yang sejati. Rasulullah saw telah memberikan teladan, bagaimana mendidik anak-anak umur belasan tahun menjadi matang di usia yang sangat muda.
Kisah yang masyhur menyebutkan, bahwa Usamah bin Zaid, diangkat oleh Nabi saw menjadi Panglima Perang di usia 18 tahun. Dalam sebuah peperangan melawan Romawi, Usamah memimpin pasukan yang di dalamnya ada Abu Bakar ash-Shiddiq r.a., Umar bin Khathab r.a., dan lain-lain. Usamah mulai diijinkan ikut perang pada usia 15 tahun.
Abdullah bin Umar dan al-Barra’ saat berumur 13 tahun belum diijinkan Nabi untuk ikut perang, meskipun mereka mengajukan diri.  Diantara sahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam yang masuk Islam di usia yang sangat muda adalah Ali bin Abi Thalib (10 tahun), Thalhah bin Ubaidillah (14 tahun), Zubair bin Awwam (16 tahun), Saad bin Abi Waqqash (17 tahun), Said bin zaid 15 tahun, dan sebagainya. (http://risalahislamterkini.blogspot.co.id/2015/06/anak-anak-muda-di-sekitar-rasulullah-saw.html).
Di Indonesia, pun banyak dijumpai tokoh-tokoh yang sudah matang jiwa dan raganya di usia belasan tahun. Menurut Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, ayah beliau, yakni KH Imam Zarkasyi mendirikan pesantren Gontor di usia 16 tahun.  Haji Agus Salim diangkat sebagai Konsul Hindia Belanda di Jeddah pada usia 20 tahun. Mohammad Natsir sudah berdebat dengan pendeta Belanda saat duduk di bangku SMA. Lulus SMA, Pak Natsir terjun langsung menjadi guru dan mendirikan sekolah sendiri (Pendis:Pendidikan Islam), tahun 1932.
Sejumlah tokoh PKI pun mulai berkiprah di usia sangat muda. Contohnya, Semaoen. Pada usia sekitar 18 tahun, ia sudah memimpin Sarekat Islam (SI) Semarang bersama rekannya, Darsono. Akhirnya, Semaoen keluar dari SI dan mendirikan Persyarekatan Komunis India (PKI) yang kemudian menjadi Partai Komunis Indonesia/PKI. (lihat Suradi; Haji Agus Salim dan Konflik Politik dalam Sarekat Islam, Pustaka Sinar Harapan, 1997).https://serbasejarah.wordpress.com/2009/04/22/kaum-muda-penggerak-revolusi-indonesia/
Dr. Erma Pawitasari, dalam sebuah makalahnya berjudul “Pendidikan Khusus Perempuan: Antara Kesetaraan Gender dan Islam”, mengungkap hasil penelitian Frances E. Jensen, seorang ahli neurologi, yang menemukan bahwa pertumbuhan otak perempuan mencapai puncaknya pada usia 12-14 tahun. Sedangkan otak laki-laki-laki mencapai puncak pertumbuhannya pada usia 14-16 tahun.
PRISTAC
Berdasarkan data sejarah dan fakta perkembangan otak manusia tersebut, bisa disimpulkan, bahwa rentang usia sekitar 12-18 tahun (jenjang SMP-SMA) adalah masa keemasan untuk menanamkan adab dan pemikiran Islam. Sejarah pendidikan di Indonesia juga menunjukkan hal yang sama. Pada tahun 1906, di Jakarta sudah berdiri sebuah sekolah (Jamiat al-Khair) setingkat SMA yang guru-gurunya adalah ulama-ulama dari Tunisia, Sudan, Saudi dan lain-lain.
Menurut Pak Natsir, ketika duduk di bangku SMA Belanda di Bandung, ia diwajibkan membaca minimal 36 buku untuk satu mata pelajaran. Dulu, lulusan Mu’allimin dari berbagai lembaga dan organisasi Islam sudah disiapkan untuk menjadi manusia dewasa yang mampu terjun ke tengah masyarakat sebagai guru yang baik.
Jadi, itu semua menunjukkan, bahwa “masa SMA” (sekitar 15-18 tahun) bukanlah sekedar masa persiapan untuk memasuki jenjang Pendidikan Tinggi. Keliru, jika ada pemikiran, mereka masih anak-anak sehingga jangan diberikan beban pendidikan dengan muatan pemikiran yang serius. Karena “usia SMA” adalah usia dewasa, maka para siswa harus dididik sebagai orang dewasa, dan disiapkan menjadi pejuang, untuk terjun ke tengah masyarakat atau menjadi pemimpin saat kuliah di Perguruan Tinggi.
Untuk itulah, beberapa bulan lalu, bersama sejumlah pakar pemikiran Islam di INSISTS dan praktisi pendidikan di Pesantren Shoul Lin al-Islami, kami mendirikan sebuah program pendidikan bernama “Pesantren for the Study of Islamic Thought and Civilization (PRISTAC)”.
PRISTAC adalah program pendidikan pesantren (non-formal) setingkat SMA, yang dirancang untuk melahirkan kader-kader intelektual muslim yang beradab jiwa-raga, cerdas, mandiri, cinta ilmu dan semangat ber-amar ma’ruf nahi munkar untuk kemaslahatan umat dan bangsa Indonesia.
PRISTAC dipimpin langsung Ust. Alwi Alatas, kandidat doktor ilmu sejarah di International Islamic University Malaysia, penulis produktif,  dan praktisi pendidikan yang berpengalaman. PRISTAC juga menyiapkan guru-guru yang terdiri atas para doktor dan pakar pemikiran dan peradaban Islam. Bahasa pengantar digunakan bahasa Inggris dan bahasa Arab sebagai bahasa riset. Selama satu tahun, para santri diwajibkan mengikuti matrikulasi bahasa Inggris, bahasa Arab, dan adab. (lihat, www.ponpes-attaqwa.com).
Merujuk QS Luqman ayat 17, maka jelas kita diperintahkan Allah SWT agar menyiapkan anak-anak kita menjadi pejuang penegak kebenaran.  “Wahai Anakku, dirikanlah shalat, dan berjuanglah menegakkan kebaikan dan mencegah kemunkaran, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu…” (QS Luqman: 17). QS al-Anfal:65-66 menjelaskan, bahwa Nabi Muhammad saw diperintah menyiapkan orang-orang mukmin agar memiliki kekuatan jauh lebih hebat dari orang-orang kafir. QS Ali Imran:110 pun menegaskan bahwa umat Islam adalah umat terbaik, yang tugasnya melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.
Begitu pentingnya kewajiban amar ma’ruf nahi munkar itu, sampai Imam al-Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulumiddin menyebutkan, bahwa aktivitas amar ma’ruf nahi munkar adalah aktivitas yang menentukan hidup dan matinya umat Islam. Karena itu, jika umat Islam kalah dalam berbagai bidang kehidupan, maka patut dilakukan evaluasi yang serius kondisi pendidikan kita. Apakah sekolah, keluarga, pesantren, masjid, majelis ta’lim, dan juga Perguruan Tinggi Islam benar-benar serius menyiapkan peserta didiknya untuk menjadi pejuang amar ma’ruf nahi munkar?
Kita ingat pula, bahwa sejak tahun 1977, dalam Konferensi Internasional Pendidikan Islam di Kota Mekkah, “The purpose for seeking knowledge in Islam is to inculcate goodness or justice in man as man and individual self. The aim of education in Islam is therefore to produce a good man… the fundamental element inherent in the Islamic concept of education is the inculcation of adab…”.  Teori pendidikan Prof. Naquib al-Attas yang fenomenal adalah bahwa krisis multidimensi yang diderita oleh umat Islam saat ini adalah berakar pada “loss of adab” (hilang adab).
Teori Prof. al-Attas itu mempunyai rujukan yang kuat dalam al-Quran, hadits Nabi, dan tradisi pendidikan para ulama salaf.  Dalam Tafsir Ibn Katsir, disebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib r.a. menjelaskan makna QS at-Tahrim:6: “Didiklah keluargamu agar menjadi manusia beradab dan berilmu.”  Sabda Nabi saw:  “Akrimū aulādakum, wa-ahsinū adabahum.” (Muliakanlah anak-anakmu dan  perbaikilah adab mereka). (HR Ibn Majah). 
Imam asy-Syafii rahimahullah,  pernah ditanya, “Bagaimana usaha Tuan dalam mencari adab?” Sang Imam menjawab, ”Aku senantiasa mencarinya laksana seorang ibu yang mencari anak satu-satunya yang hilang.” (Kitab Adab al- ‘Ālim wal-Muta’allim,  karya KH Hasyim Asy’ari).
Untuk menanamkan adab dalam diri santri, pada umur 10-14 tahun, para santri Pesantren at-Taqwa (Shoul Lin al-Islami) Depok, telah diajarkan kitab-kitab adab berbahasa Arab Melayu seperti Kitab Adabul InsanRisalah Dua Ilmu, dan Gurindam 12. Mereka juga diajar kitab adab berbahasa Arab, seperti Ayyuhal Walad dan Bidayatul Hidayah karya Imam al-Ghazali. Bahkan, pada Oktober 2016, para santri Shoul-Lin al-Islami tingkat SMP dikirim ke Jawa Timur untuk mengkhatamkan kitab Adab al- ‘Ālim wal-Muta’allim.
Dalam pembinaan badan, setiap hari mereka berlatih silat, pagi dan sore.  Itu semua dilakukan, agar ketika memasuki jenjang SMA, mereka sudah memiliki adab yang baik; mereka sudah beradab jiwa dan raga; mereka sudah terbangun jiwa dan raganya; dan sudah memiliki sikap cinta ilmu. Alhamdulillah, kami bersyukur kepada Allah, bahwa program pendidikan yang singkat itu telah menampakkan hasil yang cukup baik. Tentu saja itu semua juga dipengaruhi oleh faktor kesungguhan dan keikhlasan para guru dan dukungan orang tua.
Akhirul Kalam, untuk menunaikan amanah kita sebagai orang tua, jangan sampai kita menyia-nyiakan “usia SMP dan SMA”, dimana anak-anak sebagian besar waktunya digunakan hanya untuk latihan menjawab soal-soal ujian.  Jangan sampai mereka tidak dilatih untuk menjadi manusia beradab. Mereka juga harus dilatih menjawab soal-soal kehidupan; dikenalkan secara serius siapa Allah, siapa dirinya, dan hakikat dunia serta hakikat kehidupan akhirat.
Kita simak, ungkapan-ungkapan indah gubahan kata Raja Ali Haji dalam Gurindam 12, yang berisikan ajaran-ajaran adab:
//Barang siapa tiada memegang agama/sekali-sekali tiada boleh dibilangkan
nama//barangsiapa mengenal yang empat/maka yaitulah orang yang
makrifat//barangsiapa mengenal Allah/suruh dan tegahnya tiada ia
menyalah//barangsiapa mengenal diri/maka telah mengenal Tuhan yang
bahri//barangsiapa mengenal dunia/tahulah ia barang yang terperdaya//barangsiapa
mengenal akhirat/tahulah ia dunia mudharat//(fasal 1)

//Jika hendak mengenal orang berbangsa/lihat kepada budi dan bahasa//jika hendak mengenal orang yang berbahagia/sangat memeliharakan yang sia-sia//jika hendak mengenal orang mulia/lihatlah kepada kelakuan dia//jika hendak mengenal orang yang berilmu/bertanya dan belajar tiadalah jemu//jika hendak mengenal orang yang berakal/di dalam dunia mengambil bekal//jika hendak mengenal orang yang baik perangai/lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai// (fasal 5).

Itulah sebagian contoh indahnya ajaran adab dalam Kitab klasik Gurindam 12 karya Raja Ali Haji yang ditulis huruf Arab Melayu. Sayang, jika khazanah yang begitu indah, tidak diajarkan di rumah dan sekolah-sekolah kita. Pendidikan kita harus dirancang untuk melahirkan manusia-manusia yang adil dan beradab. Ketika lulus jenjang SMA, mereka telah siap menjadi manusia dewasa yang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, masyarakatnya, dan bangsanya. Mereka siap terjun sebagai pendidik, sekaligus siap menjadi pemimpin ketika melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi.
Jadi, jangan sia-siakan “masa SMA”! Semoga Allah meridhai langkah kita. Amin.*/Bandung, 27 November 2016
Penulis adalah Ketua Program Magister dan Doktor Pendidikan Islam—Universitas Ibn Khaldun Bogor. Catatan Akhir Pekan (CAP) hasil kerjasama Radio Dakta 107 FM dan hidayatullah.com
13:45 | 0 comments | Read More