Powered by Blogger.

Awas! 91 Warga Terkena Demam Berdarah di sekitar Daerah Cipanas

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Wednesday, January 23, 2019 | 18:55

Seperti yang diberitakan oleh radarcianjur.com daerah Daerah sekitar Cipanas (Kecamatan Pacet, Cipanas, Sukaresmi dan sekitarnya) benar-benar menjadi perhatian khusus peristiwa serangan Demam Berdarah Dengue (DBD). Di bulan pertama 2019 ini, tak sedikit korban yang menjadi sasarannya.
Yang terbaru, Selasa (22/1/2019), sedikitnya ada 91 warga kawasan Cianjur Utara terpaksa dilarikan ke RSUD Cimacan untuk menjalani penanganan medis.
Bahkan penyakit yang dibawa nyamuk aedes aegypti ini hampir merenggut nyawa. Pantauan Radar Cianjur, gejala DBD itu dialami 91 warga dari berbagai daerah yang ada di Kecamatan Cipanas, Sukaresmi, dan wilayah lainnya. Hasil pemeriksaan medis pun seluruh pasien dinyatakan positif DBD dan ditemukan bintik merah pada kulit.
Tak hanya anak-anak, DBD juga menyerang orang dewasa. “Pasien yang memang datang kesini (RSUD Cimacan) selama bulan Januari cukup banyak. Tetapi beberapa pasien sudah mulai berangsur pulang,” kata Humas RSUD Cimacan, Hendrawan, kemarin.
Ia menjelaskan, sejumlah pasien yang positif DBD tengah menjalani perawatan di sejumlah ruang perawatan RSUD Cimacan yakni di ruang flamboyan sebanyak 46 pasien, ruang tulip sembilan orang, ruang anggrek 33 orang dan ruang mawar tiga orang. “Itu dari sejumlah ruangan baik dewasa dan anak-anak. Kalau dewasa sebanyak 55 orang, dan anak-anak sebanyak 36 orang,” jelasnya.
Pasien yang datang pun rata-rata ada atas rujukan dari pihak puskesmas setempat, dan ada pula yang memang berinisiatif langsung datang ke RSUD Cimacan.
Dengan hal tersebut, pihak RSUD Cimacan mengimbau kepada masyarakat agar tetap menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal dengan menerapkan metode 3M (menguras, membersihkan dan mengubur). “Saat ini lagi musimnya (DBD). Diharapkan kepada masyarakat, supaya bisa lebih hidup sehat. Artinya makan makanan yang bersih, sesuai aturan, menjaga lingkungan, apalagi kalau ada semacam genangan-genangan air, supaya bisa cepat dibersihkan,” tukasnya.
Peristiwa ini pun menuai reaksi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur yang dinilai harus memaksimalkan kinerjanya, dari mulai pengecekan di lapangan hingga melakukan fogging (pengasapan). Selain DBD, diare dan juga muntaber bisa saja menyerang, “Di musim hujan seperti saat ini kita pun siaga dalam kasus penyakit seperti demam berdarah, diare dan juga muntaber, seperti sekarang kasus DBD yang terjadi,” ujar Kasi Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kabupaten Cianjur, Rosdiani Dewi.
Menurutnya, pencegahan yang dilakukan dinilai tidak terlalu berdampak jika masyarakat tidak menjaga kebersihan lingkungan, pasalnya itu hanya bersifat sementara. Pihaknya pun mengimbau untuk lebih menjaga kebersihan di sekitar, agar sumber penyakit di musim penghujan saat ini bisa diminimalisir.
Ia menambahkan, seperti halnya DBD, ketika dilakukan fogging itu tidak bersifat akan menghilangkan DBD tapi harus dilakukan pembersihan jentik nyamuk (PJN). “Itu (fogging) kan hanya bersifat sementara. Namun, yang perlu dilakukan itu pembersihan jentik nyamuk dan juga menjaga kebersihan sekitar,” paparnya.
18:55 | 0 comments | Read More

Ternyata ... Bahaya Menghisap Shisha Lebih Dari Rokok

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Friday, January 4, 2019 | 08:09

Perokok Shisha

Shisha merupakan salah satu metode menghisap tembakau di mana tembakau kerap dicampur dengan buah atau gula molase. Campuran ini dihisap melalui sebuah selang atau tabung khusus.

Meski cukup populer, shisha ternyata memiliki dampak negatif bagi kesehatan yang lebih berat dibandingkan rokok. Menurut penelitian, satu sesi shisha bisa memberikan efek negatif yang lebih berat dibandingkan satu bungkus rokok.

Hal ini diungkapkan oleh tim peneliti dari Brighton and Sussex Medical School setelah melakukan penelitian berskala besar. Penelitian yang melibatkan 9.840 partisipan ini bertujuan untuk mengetahui dampak buruk dari shisha.

Berdasarkan penelitian, orang-orang yang suka menghisap shisha lebih berisiko untuk mengalami kenaikan berat badan dan menderita diabetes tipe 2 dibandingkan non perokok. Penelitian ini juga menemukan hubungan positif antara menghisap shisha dengan obesitas, sindrom metabolik, diabetes serta dislipidemia.

Temuan ini sekaligus membantah anggapan bahwa shisha tidak seberbahaya rokok. Faktanya, tim peneliti justru melihat kecenderungan bahwa shisha lebih berbahaya dibandingkan rokok.

"Satu sesi merokok hookah (shisha) bisa setara bahkan lebih dibandingkan satu bungkus rokok, dan senyawa beracun yang terhirup (dari shisha) bisa jauh lebih banyak," papar Profesor Gordon Ferns dari Brighton and Sussex Medical School seperti dilansir Independent.

Saat ini, tim peneliti belum memahami mengapa kebiasaan menghisap shisha berkaitan dengan obesitas dan diabetes. Akan tetapi ada kemungkinan racun pada asap shisha menstimulasi respon inflamasi yang menyebabkan jaringan tubuh menjadi resisten terhadap efek hormon insulin yang meregulasi kadar gula dalam darah.

"Tetapi, ada kemungkinan pula bahwa merokok hookah berkaitan dengan perilaku sosial lain yang menyebabkan kenaikan berat badan," jelas Ferns.

Senada dengan penelitian ini, British Heart Foundation (BHF) mengatakan sulit untuk menentukan secara pasti seberapa banyak seseorang bisa terpapar senyawa beracun dalam satu sesi menghisap shisha. Akan tetapi BHF bisa memastikan bahwa senyawa beracun yang mungkin dipaparkan dalam satu sesi menghisap shisha sangat banyak. Alasannya, jumlah asap yang dihisap dalam satu sesi shisha setara dengan asap yang dihasilkan lebih dari 100 batang rokok.

"Sebagai hasilnya, perokok shisha memiliki risiko penyakit yang sama seperti perokok biasa, misalnya penyakit jantung, kanker, penyakit pernapasan dan masalah selama kehamilan," ungkap BHF.

Sumber: Republika Online
08:09 | 0 comments | Read More