Powered by Blogger.

Untuk Orang Tua: Akil Baligh Anak Kita Harus Bisa Mandiri

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Tuesday, April 5, 2016 | 17:54


Perubahan biologis manusia bukan semata karena perkembangan yang terjadi secara alami dalam tubuh. Tapi juga merupakan rangkaian tahapan kesiapan untuk menghadapi tantangan kehidupan.
Hal itu disampaikan oleh Budi Ashari, Lc. dalam acara Seminar Nasional Pendidikan II yang diadakan di aula Cut Nyak Dien, Bumi Perkemahan dan Graha Wisata (Buperta) Cibubur Jakarta, Ahad, 25 Jumadil Akhir 1437 H (03/04/2016).
Menurut pendiri Kuttab al-Fatih tersebut, proses perjalanan itu memasuki tahap penting ketika mulai memasuki tahap bulughatau akil baligh. Sebab di sana segala sesuatu itu mulai tampak dan berkembang.
“Seorang yang akil baligh dan sudah di masa siap nikah, sharusnya memiliki kemampuan mengelola harta, menyimpan, dan mengembangkannya,” ucap Budi sambil mengurai penjelasan QS. An-Nisa [4]: 6.
“Tidak seperti sebagian pemuda zaman ini, semua urusan bahkan setelah pernikahan masih ditanggung oleh orang tua,” lanjut Budi.
Di hadapan 300 orang peserta seminar, pria yang juga sering tampil di televisi tersebut mengingatkan dampak lebih jauh dari ketiadaan kesiapan memasuki tahap krusial tersebut.
Yaitu melahirkan pemimpin-pemimpin yang berjiwa labil. Mereka biasanya tak punya orientasi kepemimpinan serta tidak tegas dalam mengambil keputusan.
Untuk itu, kata Budi Ashari, setiap fase pertumbuhan anak harus diperhatikan bukan hanya secara biologis tapi juga secara fisik dan perkembangan kejiwaan untuk menghadapi tantangan kehidupan.
“Anak-anak sekarang pertumbuhannya tidak normal, mereka baligh secara fisik tapi tidak secara psikologis,” ungkap ustadz yang giat memasarkan Parenting Nabawiyah ini.
Dalam seminar parenting yang mengusung tema “Membumikan Pendidikan Langit” tersebut, Budi Ashari juga menjelaskan kewajiban orang tua terkait hobi atau kecenderungan anak.
Disebutkan, kecenderungan bakat itu biasanya terlihat sejak ia mulai baligh. Namun sebelumnya orang tua wajib mengajari pendidikan dasar agama terlebih dahulu.
Mulai dari bacaan al-Qur’an yang benar, menjalankan ibadah-ibadah wajib dan memahami adab-adab muamalah dengan baik.
“Jadi pengembangan bakat itu harus sejalan dengan pengetahuan agama yang sudah lebih dahulu dipahami dan dikuasai oleh anak,” terang ustadz Budi sambil menerangkan penjelasan karya Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, Tuhfatul Mauduud bi Ahkaamil Mauluud.
Terakhir, Budi Ashari memberikan nasihat kepada seluruh orang tua untuk giat mengkaji al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Menurutnya, teori pendidikan Barat itu masih berputar-putar sedang sumber ilmu Islam sudah jelas terbukti dan tidak lapuk dimakan zaman.
”Pendidikan Barat dan pendidikan Islam itu sama dengan penelitian yang tidak pernah selesai, hanya berputar-putar dengan pendidiakn wahyu dari langit,” pungkas Budi Ashari.
Seminar yang sama juga menghadirkan pemateri, Endang Hermawan, Lc, anggota Dewan Syariah Kuttab al-Fatih Jakarta.
Endang menjelaskan beberapa tahapan penting pendidikan anak sebelum ia memasuki usiabaligh. Mulai dari fase radha’ah (menyusui), hadhanah (pengasuhan) hingga masa tamyiz (akil baligh).
Sumber: Hidayatullah.com

0 comments:

Post a Comment