KETIKA AMIH DIUJI DI PERSIDANGAN KARENA RIBA KAMI...
=====================================
Ulasan ringkas dari salah satu media ini, bukan dimaksudkan untuk menebar AIB keluarga kami. Hanya saja saat ini kami merasa nasi sudah menjadi bubur, kami sekeluarga sudah tidak mampu menahan lagi gempuran media.
Hari ini bahkan sudah dibahas di program prime time secara khusus dan live oleh TV nasional. Kami sebagai bagian dari keluarga hanya khawatir, semua yang menonton hanya sebatas mengikutinya sebagai drama, dan kejadian ini malah menjadi jalan terbukanya dosa baru; mengundang cacian dan makian pada mereka penuntut yang sedang menjadi jalan ujian bagi keluarga kami.
Tanpa mengurangi rasa terima kasih untuk banyak pihak yang mendoakan, yang memberikan donasi hingga bantuan advokasi untuk amih dan keluarga besar yang dinilai sedang terdzolimi, kami juga ingin mengajak semua untuk untuk melihat hikmah besar apa yang tengah Allah sematkan dalam kasus yang sedang keluarga kami hadapi ini.
Hingga kejadian ini bisa membawa berkah bagi siapapun, untuk terbukanya pintu ilmu Allah, dengan mendakwahkan:
JAUHI RIBA!!! JAUHI RIBA!!! JAUHI RIBA!!!
Kejadian ini, setidaknya mengandung 5 HIKMAH yang Allah sematkan:
===================================
"LIMA BUKTI RIBA MERUSAK DAN MEMBINASAKAN!!! "
===================================
"LIMA BUKTI RIBA MERUSAK DAN MEMBINASAKAN!!! "
===================================
Amih, nenek kami tercinta... yang tak pernah kenal Riba, di usia senjanya harus merasakan debu riba yang ketika dihirup, membuat sesak nafas ini. Mengucurkan banyak air mata yang tak terbendung.
Apalagi bagi kita yang masih terjebak RIBA???
Boleh dibilang keluarga besar kami, seperti banyak keluarga lainnya di zaman ini, awam dengan istilah RIBA. Dimana setelah dipelajari, RIBA itu adalah setiap kelebihan yang muncul akibat proses utang piutang.
Keluarga besar kami masih percaya utang bank itu menolong, karena bunga nya yang dianggap kecil dan mudah prosesnya. Padahal, kecil atau besar tetap hakikatnya adalah kelebihan yang muncul dari proses utang piutang yang Allah golongkan sebagai 7 DOSA BESAR.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Jauhi tujuh perkara yang membinasakan (MEMBAWA PADA KEHANCURAN), diantaranya... memakan RIBA"
[HR Bukhari 2766 & Muslim 89]
"Jauhi tujuh perkara yang membinasakan (MEMBAWA PADA KEHANCURAN), diantaranya... memakan RIBA"
[HR Bukhari 2766 & Muslim 89]
Mungkin dengan kejadian ini, Allah ingin membukakan mata hati kami, juga seluruh orang yang menyaksikan persidangan ini, betapa RIBA mampu membawa pada kehancuran.
Dimulai dari utang piutang 20 tahun lalu, paman kami memiliki kredit macet di Bank yang memiliki program KUR dengan bunga yang rendah.
Tapi serendah apapun bunga yang diberikan bank untuk menolong, qadarullah utang tersebut tetap tidak bisa terbayar. (#1 bukti RIBA sekecil apapun membinasakan)
Untuk menutup kredit macet tersebut, paman meminta tolong adik perempuan dan suaminya ( yang sekarang menjadi pihak pemuntut ) untuk dipinjamkan uang sebesar 42jt.
Setelah 20 tahun lebih, bibi dan suaminya beberapa bulan lalu menagih hutang tersebut. Paman kami yang meminjam selama ini memang sepertinya belum mampu membayar dan kami keluarga besar sama sekali tidak tahu menahu tentang pinjaman tersebut.
Karena dahulu prosesnya hanya disaksikan amih, yang diminta pertolongan untuk menjadi penjamin dan bersedia memberikan sertifikat rumah untuk membantu anaknya dari lilitan hutang .
Paman kami keberatan membayar hutang sebanyak 42jt tersebut, apalagi setelah dikonversi ke harga emas dan dihitung apabila dipakai untuk modal kerja, modal usaha selama sekian puluh tahun akhirnya nilai itu menjadi berlipat-lipat hingga keluar angka 1.8M (#2 RIBA pangkal kebinasaan)
Selain itu karena merasa baru mendapatkan pinjaman setengah dari yang disepakati. Paman kami yang berhutang enggan membayar seluruh hutang tersebut.
Akhirnya saat ini berlarutlah masalah piutang piutang antara adik dan kakak ini ke meja persidangan. Dengan menuntut amih sebagai pemberi jaminan. (#3 Riba membinaskan tali persaudaraan, bahkan tali kasih antara ibu dan anak)
Yang menggugatpun pada dasarnya hari ini sedang terlilit hutang RIBA sampai hampir habis seluruh hartanya. (#4 bukti RIBA mampu menghancurkan harta yang telah dibangun dengan susah payah)
ﻣَﺎ ﺃَﺣَﺪٌ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮِّﺑَﺎ ﺇِﻻَّ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﺎﻗِﺒَﺔُ ﺃَﻣْﺮِﻩِ ﺇِﻟَﻰ ﻗِﻠَّﺔٍ
"Siapapun yang memperbanyak hartanya dari RIBA maka ujung akhir urusannya adalah kemiskinan." [HR. Ibnu Majah 2365]
Membuat tamak hatinya, mencari jalan keluar dengan jalan apapun, sampai harus menjadikan ibu sebagai alat pancingan dengan menggiringnya ke meja persidangan.
(#5. Bukti RIBA membinasakan hati nurani dan menjadikan mereka seperti hilang ingatan)
(#5. Bukti RIBA membinasakan hati nurani dan menjadikan mereka seperti hilang ingatan)
Mungkin ini gambaran dari firman Allah Ta’ala ,
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) gila.” (QS. Al Baqarah: 275)
Jelas sudah, kejadian ini telah Allah sematkan hikmah yang tentu menjadi ibrah bagi semua, mengapa Allah sampai mengharankan RIBA!!!
ﺍَﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﻳَﺄْﻛُﻠُﻮْﻥَ ﺍﻟﺮِّﺑٰﻮﺍ ﻟَﺎ ﻳَﻘُﻮْﻣُﻮْﻥَ ﺍِﻟَّﺎ ﻛَﻤَﺎ ﻳَﻘُﻮْﻡُ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﻳَﺘَﺨَﺒَّﻄُﻪُ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄٰﻦُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺲِّ ؕ ﺫٰ ﻟِﻚَ ﺑِﺎَﻧَّﻬُﻢْ ﻗَﺎﻟُﻮْۤﺍ ﺍِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟْﺒَﻴْﻊُ ﻣِﺜْﻞُ ﺍﻟﺮِّﺑٰﻮﺍ ﻭَﺍَﺣَﻞَّ ﺍﻟﻠّٰﻪُ ﺍﻟْﺒَﻴْﻊَ ﻭَﺣَﺮَّﻡَ ﺍﻟﺮِّﺑٰﻮﺍ ؕ ﻓَﻤَﻦْ ﺟَﺎٓﺀَﻩٗ ﻣَﻮْﻋِﻈَﺔٌ ﻣِّﻦْ ﺭَّﺑِّﻪٖ ﻓَﺎﻧْﺘَﻬٰﻰ ﻓَﻠَﻪٗ ﻣَﺎ ﺳَﻠَﻒَ ؕ ﻭَﺍَﻣْﺮُﻩٗۤ ﺍِﻟَﻰ ﺍﻟﻠّٰﻪِ ؕ ﻭَﻣَﻦْ ﻋَﺎﺩَ ﻓَﺎُﻭﻟٰٓﺌِﻚَ ﺍَﺻْﺤٰﺐُ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻫُﻢْ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﺧٰﻠِﺪُﻭْﻥَ
Orang-orang yang memakan RIBA tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan RIBA. Padahal, Allah telah menghalalkan jual-beli dan MENGHARAMKAN RIBA.
Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. [QS. Al-Baqarah: Ayat 275]
Mohon diaminkan oleh semua yang membaca tulisan ini. Agar kami mampu melewati dengan mengundang ridho Allah disetiap prosesnya. Dan tentu menjadi pembelajaran berhagra bagi semua.
Khusus buat Amih... Kanyaah Dian...
Hatur nuhun sudah tegar menjalani proses sulit ini. Tidak mudah menghadapi kenyataan, anak yang telah dikandung dan dilahirkan dengan susah payah, sekarang harus mengajak amih berhadapan di muka persidangan. Hanya karena kelalayan sebagian dari kami anak cucumu.
Jika semua mempertanyakan apakah anak mantumu itu tidak takut akan pengadilan akhirat? Justru saat itu pula kami menyaadari bahwa kami yang sekarang merasa ada di pihak benar dan ada disisimu untuk membela, akan dimintakan juga pertanggung jawaban di akhirat;
Sudah tepatkah cara kami menghadapi ujian ini?
Jangan-jangan selama prosesnya, kami justru hanya belajar keburukan karena terlalu fokus dengan keburukan mereka.
Doakan ya mih, kami mampu lebih bijak menghadapi tuntutan mereka ke amih. Menjadi hujjah di hadapan Allah kami telah membalas keburukan mereka dengan cara yang lebih baik.
Menjadi amal shaleh yang melangit bagi setiap jiwa yang diuji...
Doakaaaan... Semoga kejadian ini menjadi moment kebaikan untuk semua yang menyaksikannya.
Mereka yang menuntut, bisa belajar kebaikan dari kita keluarga besar yang dituntut.
Keluarga yang dituntut semoga tidak belajar membalas keburukan dengan keburukan.
Menteladani Rasulullah, beliau tidak menghadapi keburukan dengan kemarahan, apalagi dendam dan sindiran.
Ketika beliau diludahi, dicaci, kepala di injak, dilempar kotoran hingga malaikat jibril menangis melihatnya.
Jibril menawarkan Rasulullah untuk menimpakan satu dua buah gunung kepada penduduk thaif yang telah berlaku kasar teehadap kekasih Allah tersebut .
Namun Rasulullah menolak tawaran Jibril dan melarang Jibril melakukannya:
"Jangan engkau lakukan wahai Jibril. Mereka memperlakukan aku seperti ini karena mereka belum tahu. Aku harap suatu saat nanti, keluar dari sulbi-sulbi mereka kebaikan serta keturunan yang akan menjadi pengikut agama Allah ini".
Keburukan dibalas dengan sifat-sifat baiklah yang dicontohkan Rasulullah. Insha Allah akhirnya akan baik, seperti kemenangan beliau hingga mampu menjadikan kita bangga sebagai muslim hingga saat ini.
Mudah-mudahan kita semua tidak mengingkari ilmu yang sudah beliau contohkan dengan dalih kita hanya manusia biasa. Bukan Rosul Allah..
Padahal salah satu dari rukun iman itu adalah iman kepada Rasul Allah, yang diutus Allah sebagai teladan bagi umatnya, dan rahamat bagi semesta.
Mintakan ke Allah ya mih, mampaukan kami Meneladani Rasulullah dan menjadikan kami bagian dari rahmat bagi semesta...
Rahmat bagi sang penuntut yang miskin ilmu, yang sedang gundah gulana karena dunia, yang begitu menuhankan harta sampai tamak dan hilang ingatan.
Jika bukan dimulai dari kita keluarganya siapa lagi yang akan menolong mereka yang sedang tersesat ini?
Bismillah kita lebih Bijak membalas keburukan mereka dengan setitik kasih sayang, rangkulan hangat dan ilmu Allah yang terkandung dari setiap interaksi kita dengan mereka.
Sesuangguhnya harta yang tengah mereka perebutkan dengan cara tidak baik itu, dari awal telah hilang keberkahannya.
Tidak akan menjadi kebaikan bagi siapapun yang menang, sebelum semua dari kita bisa mengambil kebaikan dari kasus ini dengan cara yang baik.
Ikhlaskan... Ikhlaskan karena Allah...
Doakan ya mih, Semua ujian Allah ini menjadikan tidak hanya kami, tapi juga anak amih lainnya yang sekarang menjadi sebab ujian, mampu menjadikan Moment ini untuk berhijrah menjadi pribadi-pribadi yang lebih hanif.
Sehat amiiih, barokah di umur senjamu Allah pilih amih dijadikan pembuka tabir ilmu bagi kami anak cucu, juga semua orang yang menyaksikan ....
Barakallah...
0 comments:
Post a Comment